Sabtu, 30 Desember 2017

KAYU BERTUAH



Bismillahirrahmaanirrahiim

SELAYANG PANDANG
“…Wahai Tuhan kami! tidaklah Engkau menjadikan benda-benda ini Dengan sia-sia, Maha suci engkau, maka peliharalah Kami dari azab neraka...” (QS Ali Imron 191)

Para orang-orang tua terdahulu memiliki kepercayaan bahwa ada sebagian kayu, batu, rempah-rempah khusus, dan lain – lain dan kemudian mereka rangkai, ramu, racik, untuk suatu hajat tertentu. Semisal menaruh akar miming disimpan diatas pintu rumah untuk mencegah maling masuk kedalam rumah, atau menyimpan kembang bambu di warung/tempat usaha supaya laris dan mendapat keuntungan banyak, dan masih banyak lagi.

Demikian pula kepercayaan terhadap suatu benda semisal kayu nagasari yang dipercaya bagi siapa yang membawanya, dapat mencegah orang yang membawanya dari gangguan baik secara fisik dan non fisik, serta memiliki energy metafisika yang besar. Atau kepercayaan terhadap kayu stigi yang konon bisa menyembuhkan sakit orang terkena racun hewan berbisa atau disengat lebah. Atau kayu kebak yang apabila ditaruh ditempat usaha, atau disimpan di kotak penyimpanan uang atau bahan makanan, dengan harapan “ben kebak terus isine” (supaya penuh terus isinya-baik uang atau bahan makanannya).

APAKAH HAL TERSEBUT ADALAH SUATU KESYIRIKAN?

Sebagaimana ayat yang kami nukil diatas, tidaklah Allah SWT ciptakan segala sesuatu dengan kesia-siaan. Allah seakan hendak mengajarkan kepada hamba-NYA bahwa DIA “menitipkan” sebagian kecil dari kekuasaan-NYA pada benda-benda tertentu. 

Sebagaimana Allah SWT sebutkan didalam AL Qur’an, ada sebagian pohon atau buah yang diberkahi, seperti pohon zaitun, pohon/buah tin, pohon bidara, dan lain-lain. Dan pada sebagian hadits ada daun, pohon/kayu tertentu yang memiliki keberkahan tersendiri.

Apakah mempercayai suatu pohon/kayu tertentu memiliki suatu kekuatan atau keberkahan adalah sebuah kesyirikan, maka kembalikan pada diri masing-masing. Apabila mempercayai kekuatan atau keberkahan pada suatu benda dengan diniatkan untuk bertafakkur bahwa ini adalah sebagian kecil dari kekuasaan Allah SWT, menambah keimanan kita kepada Allah SWT, maka hal ini insya Allah bukan merupakan sebuah kesyirikan. Yang penting adalah kondisi hati yang senantiasa bersambung kepada Allah SWT Dzat Yang Maha Tunggal, bukan kepada bendanya.

KAYU BERTUAH KHAS NUSANTARA

Indonesia, Negara dengan ribuan pulau-pulau dan dengan jutaan varietas tumbuh-tumbuhan dan berbagai suku dan budaya, pastilah memiliki suatu kepercayaan yang sifatnya turun temurun terhadap suatu tanaman atau kayu bertuah. Semisal didaerah Jepara, terkenal dengan tiga kayu bertuah khasnya, yaitu Stigi, Kalimosodo, dan Dewandaru. Atau disebagian daerah di Jawa ada kepercayaan pohon Nagasari yang tumbuh diarea makam/petilasan para Awliya atau tokoh masyarakat. Atau suatu pohon, tanaman yang diambil dari lokasi yang bernuansa wingit, dapat mendatangkan benefit tertentu. Atau karena susah mendapatkannya bahkan bisa juga karena memiliki sifat khusus yang tidak dimiliki kayu lain.

Kayu bertuah sendiri memiliki definisi adalah suatu kayu yang memancarkan suatu energy metafisika tersendiri untuk wasilah tercapainya suatu hajat tertentu dari pemiliknya atau siapa yang meramunya. Kayu kayu tersebut memancarkan suatu energi, nur atau cahaya. Energi yang memiliki frekuensi sangat tinggi dan gelombang-gemombang molekul ion yang jika dipicu dengan doa dari jalur agama maupun “amalan” dari jalur ilmu, frekuensinya menjadi lebih kuat dan tinggi dan memancarkan aura yang lebih kuat.

Didalam Kidung “Rumekso ing Wengi” Sunan Kalijaga disebutkan:
Sakehing braja luput
Kadi kapuk tibaning wesi
Sakehing wisa tawa
Sato galak tutut
Kayu aeng lemah sangar
Yang kurang lebih Artinya:
Semua senjata lenyap
Seperti kapuk jatuhnya besi
Semua racun menjadi hambar
Binatang buas jinak
Kayu Bertuah
dan tanah angker

Dari syair diatas, maka dapat disimpulkan bahwa di tanah Nusantara ini telah dikenal kayu bertuah sejak zaman dahulu. Digunakan sebagai senjata khusus atau sebagai pelengkap kekuatan dan tuah dari senjata atau pusaka. Sebagaimana menurut sejarah kesultanan Demak, kayu nagasari digunakan untuk gagang/tongkat dari Tombak Kyai Pleret milik Panembahan Senopati. Kayu Timoho, Cendana, Gaharu hingga saat ini masih digunakan sebagai warongko dan gagang dari keris dan tombak. Dan hingga saat ini banyak kayu bertuah dijadikan sebagai tasbeh, japamala, bahkan sebagian aksesoris juga dibuat dari bahan kayu bertuah, dengan tujuan mengharapkan berkah dan tuah dari kayu bertuah tersebut.  

Demikian sekilas ulasan kami tentang kayu bertuah, semoga dapat menambah wawasan kita tentang kayu bertuah.

Wallahu a’lam bi muroodhih
Wabillahittaufiq

Selasa, 29 Agustus 2017

KHASIAT JERUK NIPIS SECARA METAFISIK

Jeruk nipis dalam bahasa latin disebut dengan citrus aurantifolia. Jeruk nipis mengandung minyak terbang limonene dan linalool, juga flavonoid, seperti poncirin, hesperidine, rhoifolin dan naringin. Kandungan buahnya yang masak adalah synephrine dan N-methyltyramine, selain asam sitrat, kalsium, fosfor, besi dan vitamin A, B1, dan C. Sungguh khasiat jeruk nipis bagi kesehatan dan penyembuhan penyakit sangat luar biasa baik jika diminum maupun jika dibalurkan diseluruh bagian kulit ditubuh kita.

Jeruk nipis mengandung zat yang dapat membersihkan toksin dan bakteri dalam tubuh, jika dihubungkan dengan gangguan jin dan pengaruh sihir, jin atau buhul - buhul sihir ketika masuk dalam tubuh manusia merubah bentuk jismnya (jasmaninya) menjadi sangat kecil ketika masuk dan berjalan melalui peredaran tubuh manusia, ketika berjalan melalui peredaran darah jism (jasmani) dari jin ini tiada bedanya dengan toksin dan bakteri yang juga dapat berjalan dialiran darah . Zat yang terkandung dalam sari jeruk nipis ini jika ditambahkan dengan “barokah” ayat-ayat Al Qu'an dan do'a tertentu dapat menggempur, mengeluarkan jism (jasmani) jin dan buhul - buhul sihir yang ada dalam tubuh jika diminumkan.

Selain itu zat yang terkandung dalam jeruk nipis jika dibalurkan dikulit seluruh bagian tubuh juga khasiatnya sangat besar, zat pada jeruk nipis bisa mempercantik kulit, memutihkan kulit wajah secara alami, menghaluskan wajah, dan merapatkan pori-pori kulit.mengatasi jerawat dan berbagai macam khasiat lainnya. Jika dihubungkan dengan penyembuhan sihir, khasiat jeruk nipis bisa menyembuhkan berbagai penyakit sihir yang berhubungan dengan kulit manusia.

Sebagaimana harus diketahui Tukang sihir ketika menggunakan ilmunya untuk menyakiti manusia menggunakan sarana-sarana ramuan alamiah juga yang biasanya berupa racun alami yang racun itu dibawa oleh jin untuk sarana sihir, maka dengan mandi air ruqyah yang sudah dicampur dengan sari jeruk nipis akan sangat membantu penyembuhan penyakit akibat sihir pada kulit manusia. Selain itu dengan mandi air jeruk nipis juga bisa menghilangkan susuk, membersihkan tubuh dari sisa-sisa ilmu sihir "hitam" yang pernah dipelajari.


Berikut ini kami bahas bagaimana tatacara membuat ramuan khusus sebagaimana uraian diatas.

Bahan-bahan:
7 - 9 buah jeruk nipis atau sesuai kebutuhan.
1.5 liter air mineral  yang telah dibacakan ayat dan doa.


UNTUK DIMINUM
  1. jeruk nipis dipotong dan dibuang bijinya. dan kemudian jeruk nipis (tanpa biji) diblender. kulitnya juga ikut diblender.
  2. Jeruk nipis yang telah diblender dperas bagi mendapatkan airnya.
  3. Air perasan jeruk purut + air mineral (ruqyah) dibotolkan.
  4. Kemudian air tersebut diminum 2x sehari setiap pagi dan sore, awali dengan membaca basmalah dan sholawat kepada Nabi Muhammad SAW


UNTUK MANDI
  1. Cara membuat seperti diatas. 
  2. Ambil setengah gelas kecil (+/- 100 ml) ekstrak jeruk nipis kemudian dicampurkan dengan air satu ember.
  3. Jadikan air tersebut untuk guyuran pertama.
  4. Pakai setiap mandi pagi dan sore hari selama 7 hari berturut - turut

 UNTUK DISIRAMKAN DI RUMAH/TOKO/TEMPAT USAHA
  1. Cara membuat seperti diatas.
  2. Ambil setengah gelas kecil (+/-) ekstrak jeruk nipis kemudian campurkan dengan air 1 ember atau 1 botol air mineral ukuran besar.
  3. Tambahkan minyak wangi aroma bunga 3 ml dan garam halus 3 sendok makan, kemudian larutkan
  4. Siramkan di lokasi yang dikehendaki, insya Allah berfaedah mengusir makhluk ghaib/pengaruh sihir yang sering mengganggu, dan sebagai pagaran ghaib lokasi tersebut agar tidak terkena gangguan sihir.


Sedangkan bacaan ayat dan doa untuk "mengisi" airnya adalah:
  1. Surat Alfatihah 3x
  2. Surat Yasin 1x
  3. Ayat Kursi 3x
  4. Al Ikhlas 3x, Al Falaq 3x An Naas 3x
  5. Ayat Hafadzhoh/Penjagaan bacakan seluruh ayatnya sebanyak 21x, teks bacaannya silakan klik disini
  6. Ayat Salamun, bacakan seluruh ayatnya sebanyak 21x, teks bacaannya silakan klik disini
  7. Sholawat Dawa', bacakan sebanyak 100x, teks bacaannya silakan klik disini

Untuk bacaan diatas sifatnya ialah tidak baku, bisa ditambah dengan bacaan ayat/wirid lain yang sudah biasa diamalkan.

Demikian pembahasan kami tentang khasiat jeruk nipis secara metafisika, semoga bisa menambah wawasan kita bersama dan bermanfaat bagi pengunjung blog khususnya ini dan kepada ummat manusia pada umumnya.

Wallahu a'lam bi murodhih
Wabillahittaufiq

AYAT SALAMUN (RAHASIA AYAT SALAMUN)

Bismillahirrahmanirrahim
Allahumma sholli wa sallim 'ala Sayyidina Muhammad wa 'ala aalihi wa shohbihi wa sallim

Pada kesempatan kali ini insya Allah kita bahas tentang kaifiyyat amaliyyah AYAT SALAMUN.

Didalam Al Qur'an terdapat banyak sekali ayat - ayat yang mengandung rahasia untuk keselamatan zhohir batin, kewibawaan, pengasihan secara umum dan khusus, yang apabila dirutinkan untuk membacanya, maka tubuh si pengamal akan menyimpan energi sesuai dengan apa ayat atau wirid yang dibaca serta membentuk mindset si pengamalnya.

Dan disini akan sedikit kami bahas faedah tentang ayat yang berawalan dengan kalimat/kata SALAM yang artinya SELAMAT. Sehingga insya Allah si pengamal amaliyyah ini diselamatkan oleh Allah SWT dari berbagai gangguan orang zholim, kejahatan rampok, pencuri, marabahaya, bala, sihir, dan lain sebagainya.

Berikut ini adalah amalannya:
سَلَٰمٌ قَوْلًا مِّن رَّبٍّ رَّحِيمٍ
SALAMUN QAULAM MIRROBBIR ROHIM (QS Yaa Siin: 58)
سَلاَمٌ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
SALAMUN 'ALA IBRAHIM (QS As Shoffaat: 109)
سَلَامٌ عَلَى نُوحٍ فِي الْعَالَمِينَ
SALAMUN 'ALA NUHIN FIL ALAMIN (QS As Shoffaat: 79)
سَلَامٌ عَلَى مُوسَى وَهَارُونَ
SALAMUN 'ALA MUSA WA HARUN (QS As Shoffaat: 120)
سَلَامٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوهَا خَالِدِينَ
SALAMUN 'ALAIKUM THIBTUM FADHKHULUHA KHALIDIN (QS Az Zumar: 73)
سَلَامٌ عَلَى إِلْ يَاسِينَ
SALAMUN 'ALA ILYASIN (QS As Shoffaat: 130)
سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
SALAMUN HIYA HATTA MAT LA'IL FAJR (QS Al Qadr: 5)
 سَلامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ
SALAMUN 'ALAIKUM BIMAA SHOBARTUM FANI'MA 'UQBAD DAAR (QS Ar Ra'du: 24)
 وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ 
WA SALAMUN ALAL MURSALIN (Ash Shoffaat : 181)
 وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
WALHAMDULILLAHI ROBBIL 'AALAMIIN (Ash Shoffaat : 182)


Tatacara mengamalkannya:

  1. Dibaca sebagai wirid rutin, yaitu dibaca keseluruhan ayatnya setiap pagi dan sore (bakda subuh dan maghrib) sebanyak 3x s/d 9x, atau ketika hendak memulai aktifitas, berangkat kerja, membuka toko.
  2. Dibacakan kepada orang yang terkena gangguan jin, yaitu bacakan keseluruhan ayatnya berulang-ulang kali hingga pengaruh jinnya lepas
  3. Pagaran ghaib tempat usaha, rumah, gedung, yaitu bacakan keseluruhan ayatnya ke seember air yang sudah diaduk dengan garam sebanyak 100x hingga 1000x, kemudian siramkan didepan toko, rumah gedung, tempat usaha
  4. Dibacakan keseluruhan ayatnya sebanyak 100x ke segelas air dan diminumkan ke orang yang terkena gangguan sihir, santet, teluh, insya Allah jika dilakukan secara rutin akan terlepas pengaruh sihir/santet/teluhnya.
  5. Ditulis teks arabnya, jika bisa dijadikan kaligrafi, lalu dibacakan ayatnya sebanyak 1000x selama 7 hari berturut - turut tanpa terputus, kemudian dibingkai atau digantungkan sebagai azimat keselamatan untuk badan, rumah, toko, lapak usaha, dll
Sekiranya cukup tatacara diatas kami tuliskan, walaupun masih banyak kaifiyat lain untuk hajat tertentu, namun kami cukupkan sampai disini pembahasannya. Insya Allah apa yang kami tuliskan diatas itu lebih dari cukup untuk keutamaan bacaan AYAT SALAMUN diatas. Tiadalah suatu amalan itu ampuh kecuali si pengamalnya membaca wiridnya secara rutin dan istiqomah.

Demikian pembahasan sampai disini semoga bermanfaat bagi pengunjung blog dan kepada kaum muslimin pada umumnya.

Wallahu a'lam bi murodhih
Wabillahittaufiq

Rabu, 09 Agustus 2017

HALAL - HARAM MENGGUNAKAN AZIMAT

Bismillahirrahmanirrahim
Allahumma sholli wa sallim 'ala Sayyidina Muhammadin wa 'ala aalihi wa shohbihi wa sallam

Oleh: Ibnu Abdillah el Katibiy

Jimat dalam bahasa Arab adalah Tamimah. Arti secara etimologinya adalah menjadi sempurna, kalau kita katakan Tamma asy-Syaiu maka artinya bagian-bagian sesuatu itu menjadi sempurna. Jimat ini berupa sesuatu perlindungan yang digantungkan kepada manusia. Seolah jimat ini menjadi penyempurna proses kesembuhan yang dituntut. (lihat kitab Mu’jam Miqyas al-Lughah; Ibnu Faris 1/339. Cetakan Maktabah al-Ilmiyyah)
Jimat atau tamimah ini secara istilah mempunyai dua makna :
Pertama : manik-manik yang konon kaum Arab menggantungkannya kepada anak-anak mereka untuk melindungi mereka dari penyakit ‘ain menurut asumsi mereka, lalu datanglah Islam membatalkan keyakinan semacam itu. (lihat kitab an-Nihayah fi Gharib al-Hadits wa al-Atsar : 1/197. Cetakan Maktabah al-Ilmiyyah)
Kedua : lembaran yang ditulisi ayat al-Quran, dan dikalungkan di leher misalnya, untuk mengalap berkah. (Lihat kitab Hasyiah al-Jamal ‘ala syarh al-Manhaj; 1/76. Cetakan Dar al-Fikr)
Di antara pokok akidah umat islam adalah tidak ada pengaruh independen bagi setiap makhluk apapun. Barangsiapa yang meyakini adanya pengaruh independen bagi selain Allah, maka ia telah jatuh pada kesyirikan. Apabila meyakini bahwa jimat tidak membawa pengaruh secara independen, maka ada dua keadaan; adakalanya berisi ayat al-Quran dan adakalanya bukan dari ayat al-Quran. Jimat yang bukan dari ayat al-Quran, adakalanya berisi dari dzikir, wirid atau doa yang baik, maka ini hukumnya boleh. Apabila berisi selain itu misalnya dari tholsamat atau kalimat yang tidak bisa dipahami secara baik bahasa Arab atau bahasa lainnya, maka hukumnya tidak boleh.
Adapun jimat yang terdiri dari ayat al-Quran atau dzikir, wirid dan ucapan yang baik, maka mayoritas ulama ahli fiqih dari kalangan Hanafiyyah, Malikiyyah, Syafi’iyyah dan satu riwayat dari imam Ahmad menghukumi boleh menjadikan gantungan (di leher atau sesuatu lainnya), mereka berdalil dengan firman Allah Ta’ala :
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
“ Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS Al-Isra':82)
Imam al-Qurthubi mengomentari ayat tersebut :
اختلف العلماء في كونه شفاء على قولين: أحدهما: أنه شفاء للقلوب بزوال الجهل عنها وإزالة الريب، ولكشف غطاء القلب من مرض الجهل لفهم المعجزات والأمور الدالة على الله تعالى. الثاني: شفاء من الأمراض الظاهرة بالرُّقى والتعوذ ونحوه
“Para ulama berbeda pendapat tentang al-Quran sebagai obat, menjadi duap pendapat; pertama al-Qurana dalah obat bagi hati dengan hilangnya kebodohan dan keraguan, terbukanya penutup hati dari penyakit bodoh, sebab kepahaman mu’jizat dan perkara-perkara yang menunjukkan atas Allah Ta’ala. Kedua al-Quran adalah obat dari segala penyakit dhahir dengan cara ruqyah, ta’awwudz (dijadikan suatu perlindungan) dan semisalnya “. (lihat kitab al-Jami’ li ahkam al-Quran : 10/316. Cetakan Dar al-Kutub al-Mishriyyah)
Sedangkan tamimah atau jimat termasuk bentuk ta’awwudz yang ditulis, maka hukumnya boleh menggunakannya atau menggantungkannya dengan niat keberkahan, karena Allah Ta’ala berfirman :
هَذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“ Dan Al Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kalian dirahmati.” (QS. Al-‘An’am : 155)
Beberapa ulama wahabi di antaranya Ibnu Baz mengharamkannya secara muthlaq baik digantungkan atau tidak meskipun berisi ayat al-Quran. Ia berdalil dengan beberapa hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, di antaranya :
إن الرقى والتمائم والتولة شرك
“ Sesungguhnya ruqyah, jimat dan tiwalah adalah syirik “
Jika jimat diharamkan berdasarkan hadits ini, berarti ruqyah juga diharamkan secara muthlaq ? kenapa banyak ulama wahabi sekarang yang juga melakukan praktek ruqyah ? Ibnu Baz berdalih lagi bahwa ruqyah itu ada pengecualian, artinya ada ruqyah yang dilarang ada ruqyah yang diharamkan.

Benarkan hujjah Ibn Baz itu ? benarkah tamimah atau jimat tidak ada pengecualiannya dan muthlaq keharamannya ? kita buktikan..
Diriwayatkan dari Muhammad bin Abdurrahman bin Abi Laila dari isa saudaranya, ia berkata;
دخلت على عبد الله بن عكيم أبي معبد الجهني أعوده وبه حمرة فقلنا: ألا تعلق شيئًا؟ قال: الموت أقرب من ذلك، قال النبي صلى الله عليه وآله وسلم: مَنْ تَعَلَّقَ شَيْئًا وُكِلَ إِلَيْهِ
“ Aku datang kepada Abdullah bin Akim Abi Ma’bad al-Jahni menjenguknya yangs sedang sakit panas, maka kami katakan padanya, “ Tidakkah kamu menggantungkan sesuatu saja ? “, ia menjawab, “ kematian lebih dekat dari itu “. Maka Nabi shallallahu ‘alaihiw wa sallam bersabda, “ Barangsiapa yang menggantungkan sesuatu, maka diwakilkan padanya “. (HR. Ahmad, al-Hakim danTurmudzi)
Imam al-Qurthubi mengomentari maksuda perkataan Nabi tersebut :
فمن علَّق القرآن ينبغي أن يتولاه الله ولا يَكِله إلى غيره؛ لأنه تعالى هو المرغوب إليه والمتوكل عليه في الاستشفاء بالقرآن
“ Maka siapa yang menggantungkan al-Quran sebaiknya ia menjadikan Allah sebagian wakilnya dan tidak mewakilkan kepada selain-Nya, karena Allah Ta’ala lah yang menjadi harapan dan tempat sandaran di dalam berobat dengan al-Quran “. (lihat al-Jami’ liahkam al-Quran, al-Qurthubi : 10/320)
Artinya beliau membolehkan menggantungkan jimat yang terdiri dari ayat al-Quran asalkan tetap bersandar kepada Allah.
Diriwayatkan juga dari ‘amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِذَا فَزِعَ أَحَدُكُمْ فِي النَّوْمِ فَلْيَقُلْ أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّةِ مِنْ غَضَبِهِ وَعِقَابِهِ وَشَرِّ عِبَادِهِ وَمِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ وَأَنْ يَحْضُرُونِ؛ فَإِنَّهَا لَنْ تَضُرَّهُ
“ Jika seorang diantara kalian merasa takut di dalam tidurnya, maka ucapkanlah :
أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّةِ مِنْ غَضَبِهِ وَعِقَابِهِ وَشَرِّ عِبَادِهِ وَمِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ وَأَنْ يَحْضُرُونِ
Maka gangguan-gangguan setan tidak akan membahayakannya “. Ia berkata; “ Dahulu Abdullah bin ‘Amr Radhiallahu ‘anhuma mengajarkannya kepada anaknya yang sudah baligh dan menulisnya untuk yang belum baligh di sebuah lembaran lalu digantungkan di lehernya “. (HR. Abu Daud dan Turmudzi)
Dalam kitab hadits Mushannaf Ibnu Abi Syaibah :
أن سعيد بن المسيب سئل عن التعويذ فقال: "لا بأس إذا كان في أديم"،
وعن عطاء قال: "لا بأس أن يعلق القرآن"، وكان مجاهد يكتب للناس التعويذ فيعلقه عليهم، وعن الضحاك أنه لم يكن يرى بأسًا أن يعلق الرجل الشيء من كتاب الله إذا وضعه عند الغسل وعند الغائط، ورخَّص أبو جعفر محمد بن علي في التعويذ بأن يُعلق على الصبيان، وكان ابن سيرين لا يرى بأسًا بالشيء من القرآن.
“ Bahwasanya Said bin Musayyib ditanya tentang ta’widz (sesuati yang dijadikan perlindungan), maka beliau menjawab; “ tidak mengapa jika (ditulis) pada kulit “. Dari Atha’ ia berkata, “ tidak mengapa menggantunkan (jimat) yang terdiri dari ayat al-Quran “. Dahulu Mujahid menulis ta’widz untuk orang-orang lalu menjadikannya gantungan leher pada mereka “. Dari Ad-Dhahhak ia berpendapat,” bahwasanya tidaklah mengapa sesorang membuat jimat gantungan dari kitab Allah apabila diletakkan ketika hendak mandi atau buang air besar “. Abu Jakfar Muhammad bin Ali membolehkan jimat gantungan pada anak kecil. Ibnu Sirin juga bependapat tidaklah mengapa membuat jimat dengan al-Quran “. (lihat Mushannaf Ibnu Abi Syaibah; 5/43-44)
Dari riwayat-riwayat hadits ini sangat jelas, membolehkan menggantungkan jimat yang terdiri dari ayat al-Quran atau dzikir ataupun doa yang baik. Dan menjadi pengecualian dari jimat. Artinya ada jimat yang dilarang dan ada jimat yang diperbolehkan bahkan digantungkan pada leher hukumnya juga boleh.
Mayoritas ulama pun memperbolehkannya :
Dalam kitab Kifayah ath-Thalib ar-Rabbani disebutkan :
ولا بأس بالمُعاذة) وهي التمائم -والتمائم الحروز- التي (تعلق) في العنق (وفيها القرآن) وسواء في ذلك المريض، والصحيح، والجنب، والحائض، والنفساء، والبهائم بعد جعلها فيما يكنها]. اهـ، ففُهم من ذلك أن ما كان من القرآن جائز إذا جُعل في شيء يحفظه.
“ Tidaklah mengapa dengan jimat yang digantungkan di leher dan di dalamnya berisi ayat al-Quran, baik diperuntukkan untuk yang sakit, sehat, junub, haid, nifas ataupun binatang setelah dibungkus sebagai pengamannya “. (lihat Kifayah ath-Tahlib ar-Rabbani ‘ala Risalah Ibn Abi Zaid al-Qairawani : 2/492. Cetakan Dar al-Fikr)
Bisa kita pahami bahwa jimat yang berisi ayat al-Quran hukumnya boleh jika dibungkus dengan sesuatu yang menjaganya.
Imam Malik mengatakan :
لا بأس بتعليق الكتب التي فيها أسماء الله عز وجل على أعناق المرضى على وجه التبرك
“ Tidaklah mengapa menggantungkan tulisan yang berisi asma Allah Ta’ala di leher-leher orang yang sakit atas dasar tabarruk (ngalap berkah) “. (lihat al-Jami’ liahkam al-Quran, al-Qurthubi : 10/319)
Imam an-Nawawi dalam kitab Majmu’nya menyebutkan hadits :
من علَّق تميمة فلا أتم الله له، ومن علَّق ودعة فلا ودع الله له
“ Barangsiapa yang mengenakan jimat maka Allah ta’ala tidak akan menyempurnakan hajatnya, dan barangsiapa yang mengenakan wada’ah (jimat batu pantai) maka Allah ta’ala tidak akan memberikan ketenangan kepadanya."
Lalu menukil komentar imam al-Baihaqi sebagai berikut :
ان النهي راجع إلى معنى ما قال أبو عبيد- أي: ما كان بغير العربية بما لا يدري ما هو- ثم قال -أي البيهقي-: وقد يحتمل أن يكون ذلك وما أشبهه من النهي والكراهة فيمن يعلقها وهو يرى تـمام العافية وزوال العلة بـها على ما كانت عليه الجاهلية، أما من يعلقها متبركًا بذكر الله تعالى فيها وهو يعلم أن لا كاشف له إلا الله ولا دافع عنه سواه، فلا بأس بـها إن شاء الله تعالى
“ Sesungguhnya dalam hadits itu yang dilarang adalah kembali pada apa yang dikatakan oleh Abu Ubaid, “ yang dilarang adalah yang selain bahasa Arab yang tidak dapat dipahami maknanya “, kemudian imam Baihaqi mengatakan, “ Terkadang dimungkinkan sifat yang terlarang dan makruh adalah bagi orang yang menggantungkannya dan berpandangan akan mendapat kesempurnaan afiat dan hilangnya penyakit dengan jimat tersebut yang juga diasumsikan konon pada masa jahiliyyah. Adapun orang yang menggantungkannya dengan niat ngalap berkah dengan dzikir Allah Ta’ala di dalamnya dan dia mengetahui bahwa tidak ada yang mampu menyingkap penyakit kecuali Allah, dan tidak ada yang dapat menolak bahaya kecuali Allah, maka tidaklah mengapa yang demikian itu insya Allah “. (al-Majmu’, imam Nawawi : 9/66. Cetakan Dar al-Fikr)
Imam Nawawi pun tidak mengomentari hujjah imam Baihaqi tersebut tanda, tidak adanya penolakan dari imam Nawawi akan hal ini dan setuju dengan komentar imam Baihaqi tersebut.
Al-Hafidz ibnu Hajar mengatakan dalam hal ini setelah menyebutkan hadits-hadits tentang larangan menggantungkan jimat :
هذا كله في تعليق التمائم وغيرها مما ليس فيه قرآن ونحوه، فأما ما فيه ذكر الله فلا نـهي فيه؛ فإنه إنـما يجعل للتبرك به والتعوذ بأسـمائه وذكره
“ Semua ini dalam hal menggantungkan jimat dan selainnya yang tidak berisi ayat al-Quran dan semisalnya. Adapun yang berisi dzikir kepada Allah, maka tidaklah terlarang. Karena sesungguhnya hal itu hanyalah dijadikan untuk mengambil berkah saja dan berta’awwudz dengan asama Allah dan dzikir kepada-Nya “. (lihat Fath al-Bari syarh Sahih al-Bukhari : 6/142. Cetakan Dar al-Ma’rifah)
Al-Qadhi Abu Ya’la ulama dari kalangan Hanabilah mengatakan :
يجوز حمل الأخبار- أي الـمانعة- على اختلاف حالين، فنهى إذا كان يعتقد أنـها النافعة له والدافعة عنه، وهذا لا يجوز؛ لأن النافع هو الله. والموضع الذي أجازه إذا اعتقد أن الله هو النافع والدافع. ولعل هذا خرج على عادة الجاهلية، كما تعتقد أن الدهر يغيرهم فكانوا يسبونه
“ Boleh hukumnya membawa jimat, ini ada dua keadaan; pertama dilarang jika meyakini jimat itu yang membawa manfaat dan menolak bahaya, ini tidak boleh, karena yang memberi manfaat adalah Allah. Dan tempat diperbolehkannya jimat, adalah jika meyakini bahwa Allah lah yang memberi manfaat dan menolak bahaya. Hal ini keluar dari kebiasaan jahiliyyah, sebagaimana kaum jahiliyyah meyakini bahwa tahun bisa merubah nasib baik mereka sehingga mereka mencacinya “. (lihat Kasyaf al-Qina’ ‘an Matn al-Iqna’, al-Bahuti : 2/77. Cetakan Dar al-Kutub al-Ilmiyyah )

Wahai saudaraku, sudah jelas dan terang hujjah dalam hal ini. Bahwa mayoritas ulama sepakat membolehkan jimat yang ditulis dengan ayat al-Quran atau dzikir, wirid dan doa yang baik yang dipahami maknanya, digantungkan di leher ataupun tidak. Asalkan berkeyakinan bahwa Allah lah yang memberi manfaat dan menolak bahaya. Jimat yang berisi ayat al-Quran, dzikir, wirid dan doa hanyalah sebagai wasilah mengalap berkah dari Allah Ta’ala sebab itu semua.
Jika mereka kaum primitif, masih saja menghukumi syirik dan pelakuknya musyrik, maka sungguh telah bathar ‘anil haq (menentang kebenaran) dan fanatik buta terhadap pemahaman yang dianutnya. Jika kalian mengikuti pemahaman Ibn Baz dan ulama yang sealiran dengannya dalm hal ini, silahkan saja kamipun tidak melarangnya, akan tetapi kami juga memiliki hujjah-hujjah yang kuat yang menjadi sandaran kami dalam hal ini. Tidak ada haq kalian melarang-larang kami apalagi sampai memvonis kami pelaku syirik. Semoga bermanfaat.

Wallahu a'lam bi murodhih
Wabillahittaufiq

Selasa, 01 Agustus 2017

RAHASIA 40 HARI DALAM DUNIA SPIRITUAL ISLAM

Bismillahirrahmanirrahim
Allahumma sholli wa sallim 'ala Sayyidina Muhammad wa 'ala aalihi wa shohbihi wa sallim.

Dalam konteks spiritual islami, khususnya di dunia pesantren, tirakat/thoriqoh, dan mujahadah tentu kita tidak asing lagi dengan istilah riyadhoh 40 hari. Entah riyadhoh itu dlm bentuk berdzikir, tirakat, membaca Al Qur'an atau yang lainnya. Bahkan terkadang dulu kita bertanya - tanya, kenapa disebagian pesantren ada peraturan yang melarang wali santri untuk menjenguk anaknya yang baru mondok dalam jangka 40 hari pasca dia masuk pesantren?? Atau bahkan dalam jangka waktu 40 hari santri baru dilarang untuk pulang? Ada beberapa wiridan/hizib atau tirakat yang harus dikerjakan selama 40 hari supaya bisa begini dan begitu. Ada beberapa thoriqoh yang mewajibkan para salik untuk kholwat selama 40 hari. Kenapa harus 40 hari? Apakah ada landasannya?

Dinukil dari berbagai sumber, kami menemukan beberapa hadits yang membicarakan hal tersebut. Diantara hadisnya adalah:

من رابط أربعين يوما لم يبع ولم يشتر ولم يحدث حديثا خرج من ذنوبه كيوم ولدته أمه
"Barang siapa yang mengikat hawa nafsunya (riyadhoh) selama 40 hari, tidak melakukan jual beli dan tidak membicarakan hal-hal yang tidak bermanfaat, maka dosa - dosanya akan keluar sebagaimana hari dilahirkannya ia oleh ibunya".

من أخلص لله أربعين صباحا ظهرت له ينابيع الحكمة من قلبه على لسانه
"Barangsiapa yang ikhlas beribadah karena Allah selama 40 hari, maka baginya akan nampak sumber - sumber hikmah yang memancar dari hatinya kepada lisannya".

Ibadah teragung, yaitu sholat, apabila dibentuk dalam kebiasaan selama 40 hari, insya Allah pasti akan mendatangkan suatu keberkahan sebagaimana hadits :
عن أنس بن مالك ـ رضي الله عنه ـ قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: مَنْ صَلَّى لِلَّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا فِي جَمَاعَةٍ يُدْرِكُ التَّكْبِيرَةَ الْأُولَى كُتِبَتْ لَهُ بَرَاءَتَانِ بَرَاءَةٌ مِنْ النَّارِ وَبَرَاءَةٌ مِنْ   النِّفَاقِ
Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, ia mengatakan, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Barangsiapa yang shalat karena Allah selama 40 hari secara berjama’ah dengan mendapatkan Takbir pertama (takbiratul ihramnya imam), maka ditulis untuknya dua kebebasan, yaitu kebebasan dari api neraka dan kebebasan dari sifat kemunafikan.” (HR. Tirmidzi
Di sisi lain menurut pandangan ilmu psikologi; jangka waktu 40 hari akan membuat otak bawah sadar kita mulai bertindak secara otomatis dalam membentuk sebuah rutinitas. Dengan kata lain jika kita melakukan sebuah kegiatan positif dalam jangka waktu 40 hari secara berkesinambungan, maka kegiatan tersebut akan membentuk sebuah kebiasaan yang akan melekat pada diri kita.

Pada dasarnya kita itu diperbudak oleh kebiasaan. Jika kebiasaan itu baik maka kita akn diperbudak oleh kebaikan. Begitupun sebaliknya, jika kebiasaan itu buruk maka kita akan diperbudak oleh keburukan. Sungguh beruntung orang - orang yang diperbudak oleh kebiasaan baiknya, bukan kebiasaan buruknya.
Wallahu a'lam bi murodhih.
Wabillahittaufiq

Rabu, 19 Juli 2017

HIZIB BAHR DALAM SUDUT PANDANG SPIRITUAL DAN METAFISIKA

Bismillahirrahmanirrahim
Allahumma sholli wa sallim 'ala Sayyidina Muhammad wa 'ala aalihi wa shohbihi wa sallam.

Pada kesempatan kali ini insya Allah kami sedikit bahas tentang faedah dan kemuliaan daripada suatu amaliyyah yang agung, warisan para ulama terdahulu yang keampuhannya tiada lagi diragukan, yaitu Hizib Bahr yang kami olah dari berbagai sumber, termasuk pengalaman kami sendiri yang merupakan pengamal hizib bahr. Post ini bukanlah ijazahan, akan tetapi hanya memberikan wawasan khususnya bagi para pembaca dan pengunjung blog majelismushoyyana.blogspot.co.id.

SEJARAH SINGKAT HIZIB BAHR
As Syaikh Abul Hasan Asy Syadzily terkenal sebagai seorang yang memiliki banyak rangkaian doa yang halus dan indah, disamping kekayaan berupa khazanah hizib-hizibnya. Salah satu hizib beliau yang terkenal sejak dulu hingga sekarang adalah hizib Bahr dan hizib Nashor. Kedua hizib tersebut banyak diamalkan oleh kaum muslimin diseluruh dunia, terlebih ulama-ulama besar, kendati sebagian dari mereka tidak mengikuti thoriqot asy syaikh.
 
Hizib Bahr adalah hizib yang di terima Syaikh Abu Hasan asy Syadzili langsung dari Rasulullah SAW berkaitan dengan lautan yang tidak ada anginnya. Sejarah diterima hizib bahri adalah sebagai berikut : Pada waktu itu asy Syaikh Abul Hasan Asy Syadzili tengah melakukan perjalan ibadah haji ke tanah suci. Perjalanan itu diantaranya harus menyeberangi laut merah. Untuk menyeberangi lautan itu sedianya beliau akan menumpang perahu milik seseorang yang beragama nasrani. Orang itu juga akan berlayar walaupun berbeda tujuan dengan asy Syaikh. Akan tetapi keadaan laut pada waku itu sedang tidak ada angin yang cukup untuk menjalankan kapal. Keadaan seperti itu terjadi sampai berhari-hari, sehingga perjalananpun menjadi tertunda. Sampai akhirnya pada suatu hari, asy Syaikh bertemu dengan baginda Rasulullah SAW. Dalam perjumpaan itu, Rasulullah SAW secara langsung mengajarkan hizib Bahr secara imla’ (dikte) kepada Syaikh. 

Setelah hizib Bahr yang baru beliau terima dari Rasulululah SAW itu beliau baca, kemudian beliau menyuruh si pemilik perahu itu supaya berangkat dan menjalankan perahunya. Mengetahui keadaan yang tidak memungkinkan, karena angin yang diperlukan untuk menjalankan perahu tetap tidak ada, orang itupun tidak mau menuruti perintah asy Syaikh. Namun asy Syaikh tetap menyuruh agar perahu diberangkatkan. “Ayo, berangkat dan jalankan perahumu ! Sekarang angin sudah waktunya datang “, ucap asy Syaikh kepada orang itu. Dan memang benar kenyataannya, angin secara perlahan-lahan mulai berhembus, dan perahupun akhirnya bisa berjalan. Singkat cerita alkisah kemudian si nasrani itupun lalu menyatakan masuk islam. 

KEAGUNGAN HIZBUL BAHR DI PANDANGAN PARA WALIYULLAH
Berkata syaikh Abdurrahman al Busthomi, “Hizbul Bahr ini sudah digelar di permukaan bumi. Bendera Hizbul Bahr berkibar dan tersebar di masjid-masjid. Para ulama sudah mengatakan bahwa Hizbul Bahri mengandung Ismullohil a'zhom dan beberapa rahasia yang sangat agung. Dalam kitab Kasyf al-Zhunun `an Asami al-Kutub wa al-Funun, Haji Khalifah seorang pustakawan terkenal asal Konstantinopel (Istanbul Turki) menulis berbagai jaminan yang diberikan asy Syaikh Abul Hasan Syadzili dengan Hizib Bahr-nya ini. Di antaranya, menurut Haji Khalifah, Asy Syaikh Syadzili pernah berkata: Seandainya hizibku (Hizib Bahr) ini dibaca di Baghdad, niscaya daerah itu tidak akan jatuh. Mungkin yang dimaksud Asy Syaikh Syadzili dengan kejatuhan di situ adalah kejatuhan Baghdad ke tangan Tartar,Wallahu a’lam. Bila Hizib Bahr dibaca di sebuah tempat, maka tempat itu akan terhindar dari malapetaka, ujar Syaikh Abul al-Hasan, seperti ditulis Haji Khalifah dalam Kasyf al-Zhunun. Haji Khalifah juga mengutip komentar ulama-ulama lain tentang Hizib Bahr ini. Ada yang mengatakan, bahwa orang yang istiqamah membaca Hizib Bahar, ia tidak mati terbakar atau tenggelam. Bila Hizib Bahr ditulis di pintu gerbang atau tembok rumah, maka akan terjaga dari maksud jelek orang dan seterusnya. Konon, orang yang mengamalkan Hizib Bahr dengan kontinu, akan mendapat perlindungan dari segala bala’. Bahkan, bila ada orang yang bermaksud jahat mau menyatroni rumahnya, ia akan melihat lautan air yang sangat luas. Si penyatron akan melakukan gerak renang layaknya orang yang akan menyelamatkan diri dari daya telan samudera. Bila di waktu malam, ia akan terus melakukan gerak renang sampai pagi tiba dan pemilik rumah menegurnya. 

Banyak komentar-komentar, baik dari Asy Syaikh Syadzili maupun ulama lain tentang keampuhan Hizib Bahr yang ditulis Haji Khalifah dalam Kasyf al-Zhunun jilid 1 (pada entri kata Hizb). Selain itu, Haji Khalifah juga menyatakan bahwa Hizib Bahr telah disyarahi oleh banyak ulama, diantaranya Syaikh Abu Sulayman al-Syadzili, Syaikh Zarruq, dan Ibnu Sulthan al-Harawi. Seperti yang telah disampaikan dalam manaqib Asy Syaikh Syadzili, bahwa menjelang akhir hayat beliau, asy syaikh telah berwasiat kepada murid-murid beliau agar anak-anak mereka, maksudnya para murid thariqah syadziliyah, supaya mengamalkan hizib Bahr. Namun untuk mengamalkan Hizib ini seyogyanya harus melalui talqin atau ijazah dari seorang guru yang memiliki wewenang untuk mengajarkannya. Seseorang yang tidak mempunyai wewenang tidak berhak mengajarkannya ataupun memberikan hizib ini kepada orang lain. Hal ini merupakan adabiyah atau etika dilingkungan dunia thariqah.

FAEDAH HIZIB BAHR 
Telah berkata penyusun Hizb Bahr ini yaitu  Syeikh Al-Imam Al-Qutub Abu Hasan Asy-Syadzili R.A “ Hizb Bahr terkandung di dalamnya rahasia2 untuk melapangkan segala macam kesusahan dengan Lathoif al-Ghuyub ( Kelembutan2 Alam Ghaib ), Tidaklah Hizb ini dibaca di suatu tempat kecuali tempat tsb akan selamat dari berbagai macam penyakit, dan terjaga dari kejadian2 yg tidak menyenangkan, Untuk pembacanya akan masuk pada dirinya rahasia2 Syafiyyah ( kesembuhan / obat ) dan akan masuk pada pembacanya Anwar As-Shofiyyah ( cahaya2 yg jernih serta terang benderang ), Barang siapa yang senantiasa membacanya setiap hari 1 x, ketika terbit matahari, Niscaya Alloh S.W.T akan senantiasa melaksanakan semua permohonannya ( Do’a nya ), dilapangkan dari segala kesusahannya, di angkat derajatnya, Dipenuhi hatinya dengan Ilmu Tauhid, Dimudahkan segala urusannya, dimudahkan setiap kesukarannya, Senantiasa dijaga dari kejahatan Manusia dan Jin, Di amankan dari segala kejahatan malam dan siang, dan tidaklah seseorang yg melihat kepadanya kecuali dia akan dicintai oleh orang yg melihatnya, Dan apabila Hizb Bahr ini dibaca rutin setelah selesai Sholat fardhu 1 x, Maka Alloh S.W.T akan membuatnya Kaya Raya, Dimudahkan kepadanya sebab2 kebahagiaan pada semua gerakannya dan diamnya, Dan barang siapa yg membacanya pada hari Jum’at maka Alloh S.W.T akan meletakkan kecintaannya di setiap hati manusia”

Berdasarkan pengalaman kami pribadi, Hizib Bahr ini merupakan suatu amaliyyah yang agung, tiadalah pengamalnya merasakan susah hatinya karena selalu yakin akan semua sudah diatur oleh Sang Maha Pengatur yaitu Allah Jalla Jalaluhu. Berikut ini sedikit faedah yang kami rasakan selama mendawamkan (merutinkan) Hizib Bahr ini:
  1. Disegani oleh kawan maupun lawan.
  2. Dilanggengkan jabatan/posisi dalam pekerjaan.
  3. Dilariskan usaha perniagaan .
  4. Pernah beberapa kali kami baca pada suatu lokasi yang "dijahili" oleh orang zholim dengan sihir. Dibaca ke air dan garam sebanyak 3 s/d 7 Alhamdulillah lokasi tersebut kembali normal.
  5. Apabila dibacakan pada lokasi usaha secara istiqomah (misal, seminggu sekali, setiap hari, dll) maka insya Allah usahanya pasti berhasil dan dijauhkan dari gangguan sihir/teluh/santet
  6. Keselamatan mutlak dari marabahaya.
  7. Keselamatan dalam berkendara, baik darat, laut maupun udara sejak berangkat hingga sampai kembali kerumah. Dibaca sebelum berangkat safar atau ketika di kendaraan.
  8. Mahabbah tingkat tinggi. 
  9. Pelet/Pengasihan umum dan khusus (dengan tambahan teknik dan bacaan tertentu yang tidak kami bahas disini)
  10. Dilancarkan rejekinya.
  11. Benteng ghaib bagi tubuh/diri, rumah, keluarga dari gangguan jin fasik, sihir, teluh, santet
  12. Dilepaskan dari gangguan orang zholim.
  13. Dan masih banyak lagi yang lainnya, insya Allah. Semua terjadi atas seizin Allah dan karena keistiqomahan dalam mengamalkannya.
MELURUSKAN PEMAHAMAN
Banyak orang salah kaprah, ketika mengamalkan hizib "Ah nanti kalau kita mengamalkannya, pasti nanti rejeki kita jadi seret, susah jodoh, rejeki gampang habis" dan masih banyak keluhan serupa. Kami tegaskan bahwa tidaklah hal demikian terjadi, apabila kita MENIATKAN DALAM MEMBACANYA ADALAH TAQORRUB ILALLOH yaitu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Maka hal ini penting bagi pengamal yang masih awal, untuk mendapatkan ijazah dari guru/mursyid agar tidak terjadi kesalahan niat dan melencengnya niat.

Sedangkan secara metafisika, bacaan sejenis hizib ini adalah bersifat panas, dikarenakan affirmasi doa yang ada dalam hizib ini cukup "tajam" dan didalamnya juga terkandung banyak ayat dan Ismul A'zhom yang disusun sedemikian rupa oleh penyusun hizib ini. Perlu bagi pengamalnya adalah diimbangi dengan memperbanyak bacaan sholawat, dan membaca kalimat Tahlil "LA ILAHA ILLALLAH" berguna sebagai stabilizer bagi tubuh esotherik dan sebagai "pendingin" dari efek panas yang ditimbulkan hizib ini. Oleh karena itu banyak dari para guru mursyid menganjurkan untuk memperbanyak membaca sholawat ketika mengamalkan hizib.

Sholawat yang biasanya disarankan (termasuk yang kami sarankan) ketika mengamalkan Hizib Bahr ini adalah biasanya sholawat Nuridz Dzati, yaitu sebagai berikut:

االلهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد النور الذاتى والسر الساري فى سائر الأسماء والصفات وعلى أله وصحبه وسلم

''Alloohumma sholli wasallim wa baarik 'alaa Sayyidinaa Muhammadin An Nuuridz Dzaatii was sirris saarii fis saa'iril asmaa'i wash shifaati wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa sallim''

Artinya :
''Ya Alloh berikanlah rahmat keselamatan dan berkah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Merupakan cahaya Dzat (Alloh) dan merupakan rahasia yang mengalir pada seluruh nama dan shifat dan berikanlah pula salam sejahtera, barokah atas keluarganya dan para sahabatnya''

Dan bisa juga membaca sholawat lain, baik sholawat yang biasa dibaca sehari - hari ataupun sholawat yang diijazahkan oleh para guru mursyid masing - masing.

Semoga dengan sedikit tulisan ini dapat menambah wawasan bagi kita pengamal hizib bahr atau yang hendak mengamalkannya. Dan dengan harapan, kita mampu menjaga melestarikan warisan agung keilmuan milik para Waliyullah dan ajaran para guru-guru terdahulu, serta menjadikan kita istiqomah mengamalkan amaliyyah para waliyullah, menambah kecintaan kita kepada beliau-beliau sehingga kelak di akherat kita dikumpulkan pada golongan para pecinta Waliyullah, yang kecintaan tersebut bersambung dari para guru ke guru , waliyullah kepada waliyullah sebelumnya hingga kepada Kekasih Sang Maha Cinta, Sayyidina Muhammad Shollallahu 'alaihi wa sallam.

Bagi yang ingin mendapatkan ijazah hizib bahr ini silakan hubungi admin, posting kitab "Risalah Bahroin" (klik disini)

Wallahu a'lam bi muroodhih
Wabillahittaufiq

Selasa, 11 Juli 2017

HAKEKAT MAHAR ATAU BISYAROH ATAU TABSYIROH DALAM IJAZAH/RITUAL ILMU HIKMAH

Oleh Gus Muhammad (GM)
Ketika manusia lahir, yang laki-laki harus di-mahari/di-bisyarohi/di-
tabshirohi 2 ekor kambing dan yang wanita dengan 1 ekor kambing (yang terkenal dengan sebutan aqiqah).
Ketika Nabi Ibrahim didawuh Allah agar menyembelih Ismail, maka atas perintah Allah, Jibril mengganti leher Ismail dengan seekor kambing. Kambing tersebut hakekatnya adalah mahar/bisyaroh/tabsyiroh.
Ketika seorang pria menikahi wanita, maka diwajibkan pada sang pria agar membayar mahar.
Ketika dua orang melakukan akad jual beli, maka yang membeli barang wajib memberikan uang, dan yang dibeli barangnya wajib menerima uangnya. Uang tersebut adalah mahar.
Ketika tukang mengerjakan rehab rumah atas perintah yang punya rumah, ketika karyawan bekerja pada pimpinan, ketika guru mengajar di kelas, ketika ustadz mengajar mengaji, ketika kyai ceramah untuk dakwah, ketika qari tampil lantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an dan berbagai aktifitas apapun yang libatkan suatu pekerjaan apapun (yang halal), maka yang bekerja tersebut wajib menerima upah atau ujroh atau mahar atau bisyaroh atau tabsyiroh.
Dan, ketika murid atau pencari ilmu hikmah atau ilmu spiritual atau ilmu apapun, pada seorang guru ilmu hikmah/spiritual, maka diwajibkan pada si murid untuk menanyakan mahar pada si guru, dan si murid wajib menunaikan mahar tersebut pada si guru. Sebab, salah satu syarat syah-nya suatu pengijazahan/pengajaran ilmu adalah adanya pembayaran mahar.
Mahar harus berdasarkan kesepakatan. Mahar bisa menjadi tidak syah jika ada pemaksaan, penipuan atau pengelabuan. Mahar sangat bermanfaat bagi murid dan guru, karena meningkatkan kualitas pengajaran ilmu tersebut pada murid oleh si guru.
Murid yang enggan keluarkan mahar dalam pengijazahan ilmu, adalah prototipe dan jenis murid yang benar-benar tidak menghargai ilmu, meremehkan keilmuan guru, mau enaknya sendiri, cari untungnya sendiri, egois, pelit, kikir dan merendahkan diri sendiri.
Sedangkan Allah dan Nabi sangat membolehkan guru dan siapapun yang bekerja atau berkarya berhak mendapatkan ujroh atau honor atau upah atau fee dari yang dikerjakan/diamalkan tersebut.
Si murid kurang mengerti dan menghayati, bagaimana susah-payahnya, beratnya dan mahalnya si guru dulu untuk dapatkan ilmu-ilmu tersebut.
Kalaupun si murid menunaikan atau membayar mahar, ia mengeluarkannya *dengan penuh perhitungan, maju-mundur, dengan syak-wasangka (su'udzon), dengan jumlah mahar yang sangat minimal (karena faktor kikir) tapi dengan berbagai permintaan ilmu-ilmu yang tinggi-tinggi, dengan sampaikan berbagai syarat yang beratkan guru, dll.*

"Menjual" ilmu-ilmu spiritual/supranatural, memang vulgar, tapi diyakini, bahwa sang guru memasang mahar amat tinggi, semata-mata agar masyarakat luas menghormati dan menghargai ilmu-ilmu spiritual dengan proporsional dan selayaknya.
Ketahuilah, bahwa manfaat/fadhilah mahar, antara lain :
● Bebungah (pembuat gembira kepada guru).
● Percepat qabul hajat-hajat.
● Zakat jiwa.
● Shadaqah batin.
● Penolak bala'.
● Penarik berbagai berkah.
● Penyembuh berbagai penyakit.
● Penarik berbagai rizqi.
● Menarik malaikat-malaikat bumi.
● Pencegah berbagai kejahatan.
● Perkuat aura, kharisma & wibawa diri.
● Pemberkah ilmu yg diijazahkan.
● Peningkat tajam batin.
● Tolak berbagai bencana.
● Dan 1001 fadhilah lain.
Dan yang sangat hebat adalah, bahwa mahar yang diberikan dengan ikhlas dan legowo, maka mahar tersebut, akan kembali pada si pemberi mahar berlipat-lipat, bahkan 700 kali lipat !!!

Rabu, 10 Mei 2017

TATA CARA MENGISI AKIK UNTUK SUATU WASILAH TERTENTU

Bismillahirrahmanirrahim

Pada kesempatan kali ini insya Allah kami ijazahkan cara bagaimana mengisi akik, batu permata, dan yang sejenisnya untuk suatu wasilah tertentu, semisal keselamatan, mahabbah, dan lain - lain.

Pertama yang perlu kita persiapkan adalah medianya, yaitu akik/ batu yang hendak diisikan energinya. Pastikan akik/batu permata yang hendak diisikan adalah natural, bukan sitetis atau obsidian. Sepanjang pengalaman kami, batu/akik yang sintetis atau obsidian tidak dapat terisi dengan energi, hingga khodam.

Setelah medianya disiapkan, persiapkan rendaman untuk akiknya. Akik direndam air hujan yang turun di malam jum'at terutama malam jum'at kliwon atau legi. Airnya ukuran 1 ciduk/gayung sudah mencukupi. Campurlah air itu dengan garam dapur (yang halus) sebanyak 3 sendok makan, dan minyak wangi non alkohol (aroma bebas, kalau bisa aroma bunga, semisal melati, mawar, lavender, dll) sebanyak 2 - 3 ml. Aduk hingga larut, lalu rendamlah akiknya selama 3 malam.

Kemudian angkat akiknya, keringkan, dan siap untuk diproses pengisian wasilahnya.

A. WASILAH KESELAMATAN.

Setelah batu akik diangkat dari rendamannya, oleskan minyak wangi (aromanya bebas) terlebih dahulu, lalu bacakan ayat hafadzoh (ayat penjagaan) keseluruhannya sebanyak 100x lalu tiupkan. Kemudian lanjutkan dengan ayat lima puluh qof (ayat lima) sebanyak 100x lalu tiupkan. Setiap hendak membacakan amalannya, oles terlebih dahulu dengan menggunakan minyak wangi. Aromanya bebas yang penting non alkohol.

Lakukan lelaku ini selama 9 hari berturut - turut. Tidak perlu sambil berpuasa. Jam mengamalkan adalah bebas, yaitu antara jam 19.30 (bakda isya) s/d 3.00 (sebelum subuh). Setelah itu akik siap untuk digunakan.
Untuk ayat penjagaan/hafadzoh silakan klik disini
Untuk ayat lima puluh qof silakan klik disini: klik disini
B. WASILAH PENGASIHAN/MAHABBAH UMUM

Setelah batu akik diangkat dari rendamannya, oleskan minyak wangi (aromanya bebas) terlebih dahulu. Kemudian bacakan Asma' Ya Waduud sebanyak 1000x, lalu tiupkan, lanjut dengan Ya Budduh sebanyak 1000x lalu tiupkan, dan bacakan sholawat "SHOLLALLAHU 'ALA MUHAMMAD" sebanyak 1000x lalu tiupkan. Lakukan lelaku ini selama 11 hari berturut - turut. Setiap hendak membacakan amalannya, oles terlebih dahulu dengan menggunakan minyak wangi. Aromanya bebas yang penting non alkohol.  Tidak perlu sambil berpuasa. Jam mengamalkan adalah bebas, yaitu antara jam 19.30 (bakda isya) s/d 3.00 (sebelum subuh). Setelah itu akik siap untuk digunakan.

C. WASILAH REJEKI

Setelah batu akik diangkat dari rendamannya, oleskan minyak wangi (aromanya bebas) terlebih dahulu. Kemudian bacakan Surat Yasin 1x lalu tiupkan, Surat Al Waqi'ah sebanyak 3x lalu tiupkan, dan Sholawat Taysir sebanyak 100x lalu tiupkan. Lakukan lelaku ini selama 11 malam berturut - turut. Setiap hendak membacakan amalannya, oles terlebih dahulu dengan menggunakan minyak wangi. Aromanya bebas yang penting non alkohol. Tidak perlu sambil berpuasa. Jam mengamalkan adalah bebas, yaitu antara jam 19.30 (bakda isya) s/d 3.00 (sebelum subuh). Setelah itu akik siap untuk digunakan.

Untuk bacaan sholawat taysir silakan klik disini



NB: Bagi yang pernah memaharkan keilmuan dari kami, maka boleh menggunakan teknik diatas dengan dengan aurod yang pernah dimaharkan, tentunya dengan tata cara yang lebih praktis daripada dengan kaifiyat diatas. Wasilah keselamatan boleh menggunakan Hizib Laqod Jaakum & Asma' Nuroniyyah. Wasilah Kerejekian, bisa menggunakan Asma' Nuroniyyah dan Asma' Dasi Sulaiman. Wasilah Pengasihan/Mahabbah bisa menggunakan Asma' Thohatil Qomar dan Mahabbah Inti Falamma. Atau nanti ikuti petunjuk dari kami, apa keilmuan yang cocok untuk anda terapkan. Sedangkan minyak wangi yang bagus untuk pengisian seperti diatas adalah Atthar Mu'azhomul Akhyar.

Bagi yang hendak mendapatkan Ijazah keilmuan khusus dari kami silakan klik disini
Bagi yang hendak mendapatkan Atthar Mu'azhomul Akhyar silakan klik disini

Demikian sekilas kaifiyat teknik mengisi akik/batu permata dengan energi doa, asma' dan ayat Qur'an semoga bisa bermanfaat bagi anda yang membutuhkan. Ketahuilah bahwa teknik diatas adalah cara mengisikan energi, bukanlah cara mengisi khodam kepada akiknya. Namun, tidak menutup kemungkinan nantinya akik/batu anda akan terisikan dengan khodam.

Janganlah terfokus kepada seberapa power dari akik bertuah anda, apakah masuk atau tidaknya energi/khodam dari doa yang anda bacakan. Namun yakinilah bahwa akik yang dibacakan dan ditirakatkan dengan menggunakan ayat Al Qur'an, asma' Allah, do'a serta sholawat adalah mengandung keberkahan ilahiyyah. Kaifiyyat diatas adalah bagaimana anda bertabarruk mengharap keberkahan dengan ayat, asma' Allah dan sholawat. Dan apabila terdapat kelebihan - kelebihan setelah anda tirakati, tidaklah lain itu adalah terjadi atas kehendak Allah Swt, bukan karena akik anda yang ampuh, atau yang mentirakatinya seorang yang sakti mandraguna, atau karena anda seorang yang waskita.

Ingatlah bahwa ketika menggunakan medianya jangan sampai kita merasa takjub dan bangga ketika melihat keberhasilan dan efeknya. Dan jangan sampai kita merasa bangga dan sombong apabila muncul suatu efek dalam kehidupan anda. Akan tetapi tetaplah bersyukur kepada Allah SWT Sang Maha Pencipta bahwa tiadalah itu semua terjadi kecuali atas seijin-Nya.

Tetaplah merasa tawadhu, rendah hati, dan tunjukkanlah akhlaq yang baik ketika menggunakan media ini. Jangan digunakan untuk main - main apalagi sampai berbuat hal yang tidak diridhoi oleh Allah SWT.

Semoga bermanfaat.
Wabillahittaufiq.

Sabtu, 08 April 2017

MEMBUAT MINYAK WANGI ATAU AIR ATAU MEDIA PENGASIHAN/MAHABBAH

Bismillahirrahmanirrahim

Pada kesempatan kali ini Insya Allah saya ijazahkan secara umum bagaimana cara membuat air, atau minyak wangi atau media lain yang berwasilah untuk pengasihan/mahabbah.

Caranya adalah:
1. Siapkan bahannya terlebih dahulu, baik minyaknya, airnya atau medianya
2. Bacakanlah amaliyyah berikut ini:
  • Basmalah 11x
  • Surah Al Fatihah 11x
  • Surah Yasin 1x
  • Surah Al Ikhlas 3x
  • Surah Alam Nasyroh 3x
  • Sholawat Ibrohimiyyah 300x (sholawat yang biasa kita baca ketika duduk tasyahud akhir)
  • Ya Waduud 1000x
Lakukan kaifiyyat ini dalam sekali duduk, awali dengan sholat hajat 2 rokaat lillahi ta'ala. Selama 11 hari berturut - turut tanpa terputus.

Ingatlah bahwa ketika menggunakan media mahabbahnya jangan sampai kita merasa takjub dan bangga ketika melihat keberhasilan dan efeknya. Akan tetapi tetaplah bersyukur kepada Allah SWT Sang Maha Pencipta bahwa tiadalah itu semua terjadi kecuali atas seijin-Nya.

Tetaplah merasa tawadhu, rendah hati, dan tunjukkanlah akhlaq yang baik ketika menggunakan media ini. Jangan digunakan untuk main - main apalagi sampai berbuat hal yang tidak diridhoi oleh Allah SWT.

Mu'azhomul Akhyar Oil, Minyak Mahabbah, Pembuka aura, pembangkit potensi keilmuan metafisika
ijazah keilmuan hikmah khoss dan langka
Jasa Pengisian Minyak Wangi/Akik/Tasbeh dan Media Lainnya

Semoga bermanfaat apa yang pada kesempatan kali ini saya sampaikan.

Wallahu a'lam bi murodhih
Wabillahittaufiq

Kamis, 23 Maret 2017

ASHABUL KAHFI

Bismillahirrohmanirrohim
Berikut dibawah ini kami uraikan tentang kisah Ashabul Kahfi secara lengkap, dan penjelasan tentang bertabarruk dengan nama 7 kaum sholihin ashabul kahfi. 

ASHABUL KAHFI (PARA PENGHUNI GUA)

Ashabul Kahfi adalah nama sekelompok orang beriman yang hidup pada masa Raja Diqyanus di Romawi, beberapa ratus tahun sebelum diutusnya nabi Isa as. Mereka hidup ditengah masyarakat penyembah berhala dengan seorang raja yang dzalim. Ketika sang raja mengetahui ada sekelompok orang yang tidak menyembah berhala, maka sang raja marah lalu memanggil mereka dan memerintahkan mereka untuk mengikuti kepercayaan sang raja. Tapi Ashabul Kahfi menolak dan lari, dikejarlah mereka untuk dibunuh. Ketika mereka lari dari kejaran pasukan raja, sampailah mereka di mulut sebuah gua yang kemudian dipakai tempat persembunyian.

Dengan izin Allah mereka kemudian ditidurkan selama 309 tahun di dalam gua, dan dibangkitkan kembali ketika masyarakat dan raja mereka sudah berganti menjadi masyarakat dan raja yang beriman kepada Allah SWT (Ibnu Katsir; Tafsir al-Quran al-'Adzim; jilid:3 ; hal.67-71).

Berikut adalah kisah Ashabul Kahfi (Penghuni Gua) yang ditafsir secara jelas jalan ceritanya.....
Penulis kitab Fadha'ilul Khamsah Minas Shihahis Sittah (jilid II, halaman 291-300), mengetengahkan suatu riwayat yang dikutip dari kitab Qishashul Anbiya. Riwayat tersebut berkaitan dengan tafsir ayat 10 Surah Al-Kahfi:



"(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdo'a: "Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)"
(QS al-Kahfi:10)


Dengan panjang lebar kitab Qishashul Anbiya mulai dari halaman 566 meriwayatkan sebagai berikut:

Di kala Umar Ibnul Khattab memangku jabatan sebagai Amirul Mukminin, pernah datang kepadanya beberapa orang pendeta Yahudi. Mereka berkata kepada Khalifah: "Hai Khalifah Umar, anda adalah pemegang kekuasaan sesudah Muhammad dan sahabatnya, Abu Bakar. Kami hendak menanyakan beberapa masalah penting kepada anda. Jika anda dapat memberi jawaban kepada kami, barulah kami mau mengerti bahwa Islam merupakan agama yang benar dan Muhammad benar-benar seorang Nabi. Sebaliknya, jika anda tidak dapat memberi jawaban, berarti bahwa agama Islam itu bathil dan Muhammad bukan seorang Nabi."

"Silahkan bertanya tentang apa saja yang kalian inginkan," sahut Khalifah Umar.
"Jelaskan kepada kami tentang induk kunci (gembok) mengancing langit, apakah itu?" Tanya pendeta-pendeta itu, memulai pertanyaan-pertanyaannya. "Terangkan kepada kami tentang adanya sebuah kuburan yang berjalan bersama penghuninya, apakah itu? Tunjukkan kepada kami tentang suatu makhluk yang dapat memberi peringatan kepada bangsanya, tetapi ia bukan manusia dan bukan jin! Terangkan kepada kami tentang lima jenis makhluk yang dapat berjalan di permukaan bumi, tetapi makhluk-makhluk itu tidak dilahirkan dari kandungan ibu atau atau induknya! Beritahukan kepada kami apa yang dikatakan oleh burung puyuh (gemak) di saat ia sedang berkicau! Apakah yang dikatakan oleh ayam jantan di kala ia sedang berkokok! Apakah yang dikatakan oleh kuda di saat ia sedang meringkik? Apakah yang dikatakan oleh katak di waktu ia sedang bersuara? Apakah yang dikatakan oleh keledai di saat ia sedang meringkik? Apakah yang dikatakan oleh burung pipit pada waktu ia sedang berkicau?"

Khalifah Umar menundukkan kepala untuk berfikir sejenak, kemudian berkata: "Bagi Umar, jika ia menjawab 'tidak tahu' atas pertanyaan-pertanyaan yang memang tidak diketahui jawabannya, itu bukan suatu hal yang memalukan!''
 
Mendengar jawaban Khalifah Umar seperti itu, pendeta-pendeta Yahudi yang bertanya berdiri melonjak-lonjak kegirangan, sambil berkata: "Sekarang kami bersaksi bahwa Muhammad memang bukan seorang Nabi, dan agama Islam itu adalah bathil!"

Salman Al-Farisi yang saat itu hadir, segera bangkit dan berkata kepada pendeta-pendeta Yahudi itu: "Kalian tunggu sebentar!"

Ia cepat-cepat pergi ke rumah Ali bin Abi Thalib. Setelah bertemu, Salman berkata: "Ya Abal Hasan, selamatkanlah agama Islam!"

Imam Ali r.a. bingung, lalu bertanya: "Mengapa?"
Salman kemudian menceritakan apa yang sedang dihadapi oleh Khalifah Umar Ibnul Khattab. Imam Ali segera saja berangkat menuju ke rumah Khalifah Umar, berjalan lenggang memakai burdah (selembar kain penutup punggung atau leher) peninggalan Rasul Allah s.a.w. Ketika Umar melihat Ali bin Abi Thalib datang, ia bangun dari tempat duduk lalu buru-buru memeluknya, sambil berkata: "Ya Abal Hasan, tiap ada kesulitan besar, engkau selalu kupanggil!"
Setelah berhadap-hadapan dengan para pendeta yang sedang menunggu-nunggu jawaban itu, Ali bin Abi Thalib herkata: "Silakan kalian bertanya tentang apa saja yang kalian inginkan. Rasul Allah s.a.w. sudah mengajarku seribu macam ilmu, dan tiap jenis dari ilmu-ilmu itu mempunyai seribu macam cabang ilmu!"

Pendeta-pendeta Yahudi itu lalu mengulangi pertanyaan-pertanyaan mereka. Sebelum menjawab, Ali bin Abi Thalib berkata: "Aku ingin mengajukan suatu syarat kepada kalian, yaitu jika ternyata aku nanti sudah menjawab pertanyaan-pertanyaan kalian sesuai dengan yang ada di dalam Taurat, kalian supaya bersedia memeluk agama kami dan beriman!"

"Ya baik!" jawab mereka.
"Sekarang tanyakanlah satu demi satu," kata Ali bin Abi Thalib.
Mereka mulai bertanya: "Apakah induk kunci (gembok) yang mengancing pintu-pintu langit?"
"Induk kunci itu," jawab Ali bin Abi Thalib, "ialah syirik kepada Allah. Sebab semua hamba Allah, baik pria maupun wanita, jika ia bersyirik kepada Allah, amalnya tidak akan dapat naik sampai ke hadhirat Allah!"
 
Para pendeta Yahudi bertanya lagi: "Anak kunci apakah yang dapat membuka pintu-pintu langit?"
Ali bin Abi Thalib menjawab: "Anak kunci itu ialah kesaksian (syahadat) bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah!"

Para pendeta Yahudi itu saling pandang di antara mereka, sambil berkata: "Orang itu benar juga!" Mereka bertanya lebih lanjut: "Terangkanlah kepada kami tentang adanya sebuah kuburan yang dapat berjalan bersama penghuninya!"
"Kuburan itu ialah ikan hiu (hut) yang menelan Nabi Yunus putera Matta," jawab Ali bin Abi Thalib. "Nabi Yunus as. dibawa keliling ketujuh samudera!"

Pendeta-pendeta itu meneruskan pertanyaannya lagi: "Jelaskan kepada kami tentang makhluk yang dapat memberi peringatan kepada bangsanya, tetapi makhluk itu bukan manusia dan bukan jin!"

Ali bin Abi Thalib menjawab: "Makhluk itu ialah semut Nabi Sulaiman putera Nabi Dawud alaihimas salam. Semut itu berkata kepada kaumnya: "Hai para semut, masuklah ke dalam tempat kediaman kalian, agar tidak diinjak-injak oleh Sulaiman dan pasukan-nya dalam keadaan mereka tidak sadar!"

Para pendeta Yahudi itu meneruskan pertanyaannya: "Beritahukan kepada kami tentang lima jenis makhluk yang berjalan di atas permukaan bumi, tetapi tidak satu pun di antara makhluk-makhluk itu yang dilahirkan dari kandungan ibunya atau induknya!"

Ali bin Abi Thalib menjawab: "Lima makhluk itu ialah, pertama, Adam. Kedua, Hawa. Ketiga, Unta Nabi Shaleh. Keempat, Domba Nabi Ibrahim. Kelima, Tongkat Nabi Musa (yang menjelma menjadi seekor ular)."
 
Dua di antara tiga orang pendeta Yahudi itu setelah mendengar jawaban-jawaban serta penjelasan yang diberikan oleh Imam Ali r.a. lalu mengatakan: "Kami bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah!"
 
Tetapi seorang pendeta lainnya, bangun berdiri sambil berkata kepada Ali bin Abi Thalib: "Hai Ali, hati teman-temanku sudah dihinggapi oleh sesuatu yang sama seperti iman dan keyakinan mengenai benarnya agama Islam. Sekarang masih ada satu hal lagi yang ingin kutanyakan kepada anda."

"Tanyakanlah apa saja yang kau inginkan," sahut Imam Ali.

"Coba terangkan kepadaku tentang sejumlah orang yang pada zaman dahulu sudah mati selama 309 tahun, kemudian dihidupkan kembali oleh Allah. Bagaimana hikayat tentang mereka itu?" Tanya pendeta tadi.

Ali bin Ali Thalib menjawab: "Hai pendeta Yahudi, mereka itu ialah para penghuni gua. Hikayat tentang mereka itu sudah dikisahkan oleh Allah s.w.t. kepada Rasul-Nya. Jika engkau mau, akan kubacakan kisah mereka itu."

Pendeta Yahudi itu menyahut: "Aku sudah banyak mendengar tentang Qur'an kalian itu! Jika engkau memang benar-benar tahu, coba sebutkan nama-nama mereka, nama ayah-ayah mereka, nama kota mereka, nama raja mereka, nama anjing mereka, nama gunung serta gua mereka, dan semua kisah mereka dari awal sampai akhir!"

Ali bin Abi Thalib kemudian membetulkan duduknya, menekuk lutut ke depan perut, lalu ditopangnya dengan burdah yang diikatkan ke pinggang. Lalu ia berkata: "Hai saudara Yahudi, Muhammad Rasul Allah s.a.w. kekasihku telah menceritakan kepadaku, bahwa kisah itu terjadi di negeri Romawi, di sebuah kota bernama Aphesus, atau disebut juga dengan nama Tharsus. Tetapi nama kota itu pada zaman dahulu ialah Aphesus (Ephese). Baru setelah Islam datang, kota itu berubah nama menjadi Tharsus (Tarse, sekarang terletak di dalam wilayah Turki).
Penduduk negeri itu dahulunya mempunyai seorang raja yang baik. Setelah raja itu meninggal dunia, berita kematiannya didengar oleh seorang raja Persia bernama Diqyanius. Ia seorang raja kafir yang amat congkak dan dzalim. Ia datang menyerbu negeri itu dengan kekuatan pasukannya, dan akhirnya berhasil menguasai kota Aphesus. Olehnya kota itu dijadikan ibukota kerajaan, lalu dibangunlah sebuah Istana."

Baru sampai di situ, pendeta Yahudi yang bertanya itu berdiri, terus bertanya: "Jika engkau benar-benar tahu, coba terangkan kepadaku bentuk Istana itu, bagaimana serambi dan ruangan-ruangannya!"

Ali bin Abi Thalib menerangkan: "Hai saudara Yahudi, raja itu membangun istana yang sangat megah, terbuat dari batu marmar. Panjangnya satu farsakh (= kl 8 km) dan lebarnya pun satu farsakh. Pilar-pilarnya yang berjumlah seribu buah, semuanya terbuat dari emas, dan lampu-lampu yang berjumlah seribu buah, juga semuanya terbuat dari emas. Lampu-lampu itu bergelantungan pada rantai-rantai yang terbuat dari perak. Tiap malam apinya dinyalakan dengan sejenis minyak yang harum baunya. Di sebelah timur serambi dibuat lubang-lubang cahaya sebanyak seratus buah, demikian pula di sebelah baratnya. Sehingga matahari sejak mulai terbit sampai terbenam selalu dapat menerangi serambi.
Raja itu pun membuat sebuah singgasana dari emas. Panjangnya 80 hasta dan lebarnya 40 hasta. Di sebelah kanannya tersedia 80 buah kursi, semuanya terbuat dari emas. Di situlah para hulubalang kerajaan duduk. Di sebelah kirinya juga disediakan 80 buah kursi terbuat dari emas, untuk duduk para pepatih dan penguasa-penguasa tinggi lainnya. Raja duduk di atas singgasana dengan mengenakan mahkota di atas kepala."

Sampai di situ pendeta yang bersangkutan berdiri lagi sambil berkata: "Jika engkau benar-benar tahu, coba terangkan kepadaku dari apakah mahkota itu dibuat?"

"Hai saudara Yahudi," kata Imam Ali menerangkan, "mahkota raja itu terbuat dari kepingan-kepingan emas, berkaki 9 buah, dan tiap kakinya bertaburan mutiara yang memantulkan cahaya laksana bintang-bintang menerangi kegelapan malam.
Raja itu juga mempunyai 50 orang pelayan, terdiri dari anak-anak para hulubalang. Semuanya memakai selempang dan baju sutera berwarna merah. Celana mereka juga terbuat dari sutera berwarna hijau. Semuanya dihias dengan gelang-gelang kaki yang sangat indah. Masing-masing diberi tongkat terbuat dari emas. Mereka harus berdiri di belakang raja.

Selain mereka, raja juga mengangkat 6 orang, terdiri dari anak-anak para cendekiawan, untuk dijadikan menteri-menteri atau pembantu-pembantunya. Raja tidak mengambil suatu keputusan apa pun tanpa berunding lebih dulu dengan mereka. Enam orang pembantu itu selalu berada di kanan kiri raja, tiga orang berdiri di sebelah kanan dan yang tiga orang lainnya berdiri di sebelah kiri."

Pendeta yang bertanya itu berdiri lagi. Lalu berkata: "Hai Ali, jika yang kau katakan itu benar, coba sebutkan nama enam orang yang menjadi pembantu-pembantu raja itu!"

Menanggapi hal itu, Imam Ali r.a. menjawab: "Kekasihku Muhammad Rasul Allah s.a.w. menceritakan kepadaku, bahwa tiga orang yang berdiri di sebelah kanan raja, masing-masing bernama Tamlikha, Miksalmina, dan Mikhaslimina. Adapun tiga orang pembantu yang berdiri di sebelah kiri, masing-masing bernama Martelius, Casitius dan Sidemius. Raja selalu berunding dengan mereka mengenai segala urusan.

Tiap hari setelah raja duduk dalam serambi istana dikerumuni oleh semua hulubalang dan para punggawa, masuklah tiga orang pelayan menghadap raja. Seorang diantaranya membawa piala emas penuh berisi wewangian murni.

Seorang lagi membawa piala perak penuh berisi air sari bunga. Sedang yang seorangnya lagi membawa seekor burung. Orang yang membawa burung ini kemudian mengeluarkan suara isyarat, lalu burung itu terbang di atas piala yang berisi air sari bunga. Burung itu berkecimpung di dalamnya dan setelah itu ia mengibas-ngibaskan sayap serta bulunya, sampai sari-bunga itu habis dipercikkan ke semua tempat sekitarnya.

Kemudian si pembawa burung tadi mengeluarkan suara isyarat lagi. Burung itu terbang pula. Lalu hinggap di atas piala yang berisi wewangian murni. Sambil berkecimpung di dalamnya, burung itu mengibas-ngibaskan sayap dan bulunya, sampai wewangian murni yang ada dalam piala itu habis dipercikkan ke tempat sekitarnya. Pembawa burung itu memberi isyarat suara lagi. Burung itu lalu terbang dan hinggap di atas mahkota raja, sambil membentangkan kedua sayap yang harum semerbak di atas kepala raja.

Demikianlah raja itu berada di atas singgasana kekuasaan selama tiga puluh tahun. Selama itu ia tidak pernah diserang penyakit apa pun, tidak pernah merasa pusing kepala, sakit perut, demam, berliur, berludah atau pun beringus. Setelah sang raja merasa diri sedemikian kuat dan sehat, ia mulai congkak, durhaka dan dzalim. Ia mengaku-aku diri sebagai "tuhan" dan tidak mau lagi mengakui adanya Allah s.w.t.

Raja itu kemudian memanggil orang-orang terkemuka dari rakyatnya. Barang siapa yang taat dan patuh kepadanya, diberi pakaian dan berbagai macam hadiah lainnya. Tetapi barang siapa yang tidak mau taat atau tidak bersedia mengikuti kemauannya, ia akan segera dibunuh. Oleh sebab itu semua orang terpaksa mengiakan kemauannya. Dalam masa yang cukup lama, semua orang patuh kepada raja itu, sampai ia disembah dan dipuja. Mereka tidak lagi memuja dan menyembah Allah s.w.t.

Pada suatu hari perayaan ulang-tahunnya, raja sedang duduk di atas singgasana mengenakan mahkota di atas kepala, tiba-tiba masuklah seorang hulubalang memberi tahu, bahwa ada balatentara asing masuk menyerbu ke dalam wilayah kerajaannya, dengan maksud hendak melancarkan peperangan terhadap raja. Demikian sedih dan bingungnya raja itu, sampai tanpa disadari mahkota yang sedang dipakainya jatuh dari kepala.

Kemudian raja itu sendiri jatuh terpelanting dari atas singgasana. Salah seorang pembantu yang berdiri di sebelah kanan --seorang cerdas yang bernama Tamlikha-- memperhatikan keadaan sang raja dengan sepenuh fikiran. Ia berfikir, lalu berkata di dalam hati: "Kalau Diqyanius itu benar-benar tuhan sebagaimana menurut pengakuannya, tentu ia tidak akan sedih, tidak tidur, tidak buang air kecil atau pun air besar. Itu semua bukanlah sifat-sifat Tuhan."

Enam orang pembantu raja itu tiap hari selalu mengadakan pertemuan di tempat salah seorang dari mereka secara bergiliran. Pada satu hari tibalah giliran Tamlikha menerima kunjungan lima orang temannya. Mereka berkumpul di rumah Tamlikha untuk makan dan minum, tetapi Tamlikha sendiri tidak ikut makan dan minum. Teman-temannya bertanya: "Hai Tamlikha, mengapa engkau tidak mau makan dan tidak mau minum?"

"Teman-teman," sahut Tamlikha, "hatiku sedang dirisaukan oleh sesuatu yang membuatku tidak ingin makan dan tidak ingin minum, juga tidak ingin tidur."

Teman-temannya mengejar: "Apakah yang merisaukan hatimu, hai Tamlikha?"

"Sudah lama aku memikirkan soal langit," ujar Tamlikha menjelaskan."

Aku lalu bertanya pada diriku sendiri: 'siapakah yang mengangkatnya ke atas sebagai atap yang senantiasa aman dan terpelihara, tanpa gantungan dari atas dan tanpa tiang yang menopangnya dari bawah?

Siapakah yang menjalankan matahari dan bulan di langit itu?

Siapakah yang menghias langit itu dengan bintang-bintang bertaburan?' Kemudian kupikirkan juga bumi ini: 'Siapakah yang membentang dan menghamparkan-nya di cakrawala?

Siapakah yang menahannya dengan gunung-gunung raksasa agar tidak goyah, tidak goncang dan tidak miring?' Aku juga lama sekali memikirkan diriku sendiri: 'Siapakah yang mengeluarkan aku sebagai bayi dari perut ibuku? Siapakah yang memelihara hidupku dan memberi makan kepadaku? Semuanya itu pasti ada yang membuat, dan sudah tentu bukan Diqyanius'…"

Teman-teman Tamlikha lalu bertekuk lutut di hadapannya. Dua kaki Tamlikha diciumi sambil berkata: "Hai Tamlikha dalam hati kami sekarang terasa sesuatu seperti yang ada di dalam hatimu. Oleh karena itu, baiklah engkau tunjukkan jalan keluar bagi kita semua!"

"Saudara-saudara," jawab Tamlikha, "baik aku maupun kalian tidak menemukan akal selain harus lari meninggalkan raja yang dzalim itu, pergi kepada Raja pencipta langit dan bumi!"

"Kami setuju dengan pendapatmu," sahut teman-temannya.

Tamlikha lalu berdiri, terus beranjak pergi untuk menjual buah kurma, dan akhirnya berhasil mendapat uang sebanyak 3 dirham. Uang itu kemudian diselipkan dalam kantong baju. Lalu berangkat berkendaraan kuda bersama-sama dengan lima orang temannya.

Setelah berjalan 3 mil jauhnya dari kota, Tamlikha berkata kepada teman-temannya: "Saudara-saudara, kita sekarang sudah terlepas dari raja dunia dan dari kekuasaannya. Sekarang turunlah kalian dari kuda dan marilah kita berjalan kaki. Mudah-mudahan Allah akan memudahkan urusan kita serta memberikan jalan keluar."

Mereka turun dari kudanya masing-masing. Lalu berjalan kaki sejauh 7 farsakh, sampai kaki mereka bengkak berdarah karena tidak biasa berjalan kaki sejauh itu.

Tiba-tiba datanglah seorang penggembala menyambut mereka. Kepada penggembala itu mereka bertanya: "Hai penggembala, apakah engkau mempunyai air minum atau susu?"

"Aku mempunyai semua yang kalian inginkan," sahut penggembala itu. "Tetapi kulihat wajah kalian semuanya seperti kaum bangsawan. Aku menduga kalian itu pasti melarikan diri. Coba beritahukan kepadaku bagaimana cerita perjalanan kalian itu!"

"Ah…, susahnya orang ini," jawab mereka. "Kami sudah memeluk suatu agama, kami tidak boleh berdusta. Apakah kami akan selamat jika kami mengatakan yang sebenarnya?"

"Ya," jawab penggembala itu.

Tamlikha dan teman-temannya lalu menceritakan semua yang terjadi pada diri mereka. Mendengar cerita mereka, penggembala itu segera bertekuk lutut di depan mereka, dan sambil menciumi kaki mereka, ia berkata: "Dalam hatiku sekarang terasa sesuatu seperti yang ada dalam hati kalian. Kalian berhenti sajalah dahulu di sini. Aku hendak mengembalikan kambing-kambing itu kepada pemiliknya. Nanti aku akan segera kembali lagi kepada kalian."

Tamlikha bersama teman-temannya berhenti. Penggembala itu segera pergi untuk mengembalikan kambing-kambing gembalaannya. Tak lama kemudian ia datang lagi berjalan kaki, diikuti oleh seekor anjing miliknya."

Waktu cerita Imam Ali sampai di situ, pendeta Yahudi yang bertanya melonjak berdiri lagi sambil berkata: "Hai Ali, jika engkau benar-benar tahu, coba sebutkan apakah warna anjing itu dan siapakah namanya?"

"Hai saudara Yahudi," kata Ali bin Abi Thalib memberitahukan, "kekasihku Muhammad Rasul Allah s.a.w. menceritakan kepadaku, bahwa anjing itu berwarna kehitam-hitaman dan bernama Qithmir.

Ketika enam orang pelarian itu melihat seekor anjing, masing-masing saling berkata kepada temannya: kita khawatir kalau-kalau anjing itu nantinya akan membongkar rahasia kita! Mereka minta kepada penggembala supaya anjing itu dihalau saja dengan batu.

Anjing itu melihat kepada Tamlikha dan teman-temannya, lalu duduk di atas dua kaki belakang, menggeliat, dan mengucapkan kata-kata dengan lancar dan jelas sekali:
"Hai orang-orang, mengapa kalian hendak mengusirku, padahal aku ini bersaksi tiada tuhan selain Allah, tak ada sekutu apa pun bagi-Nya. Biarlah aku menjaga kalian dari musuh, dan dengan berbuat demikian aku mendekatkan diriku kepada Allah s.w.t." Anjing itu akhirnya dibiarkan saja. Mereka lalu pergi.

Penggembala tadi mengajak mereka naik ke sebuah bukit. Lalu bersama mereka mendekati sebuah gua."

Pendeta Yahudi yang menanyakan kisah itu, bangun lagi dari tempat duduknya sambil berkata: "Apakah nama gunung itu dan apakah nama gua itu?!"

Imam Ali menjelaskan: "Gunung itu bernama Naglus dan nama gua itu ialah Washid, atau di sebut juga dengan nama Kheram!"

Ali bin Abi Thalib meneruskan ceritanya: secara tiba-tiba di depan gua itu tumbuh pepohonan berbuah dan memancur mata-air deras sekali. Mereka makan buah-buahan dan minum air yang tersedia di tempat itu. Setelah tiba waktu malam, mereka masuk berlindung di dalam gua. Sedang anjing yang sejak tadi mengikuti mereka, berjaga-jaga ndeprok sambil menjulurkan dua kaki depan untuk menghalang-halangi pintu gua.

Kemudian Allah s.w.t. memerintahkan Malaikat maut supaya mencabut nyawa mereka. Kepada masing-masing orang dari mereka Allah s.w.t. mewakilkan dua Malaikat untuk membalik-balik tubuh mereka dari kanan ke kiri. Allah lalu memerintahkan matahari supaya pada saat terbit condong memancarkan sinarnya ke dalam gua dari arah kanan, dan pada saat hampir terbenam supaya sinarnya mulai meninggalkan mereka dari arah kiri.

Suatu ketika waktu raja Diqyanius baru saja selesai berpesta ia bertanya tentang enam orang pembantunya. Ia mendapat jawaban, bahwa mereka itu melarikan diri. Raja Diqyanius sangat gusar. Bersama 80.000 pasukan berkuda ia cepat-cepat berangkat menyelusuri jejak enam orang pembantu yang melarikan diri. Ia naik ke atas bukit, kemudian mendekati gua. Ia melihat enam orang pembantunya yang melarikan diri itu sedang tidur berbaring di dalam gua. Ia tidak ragu-ragu dan memastikan bahwa enam orang itu benar-benar sedang tidur.

Kepada para pengikutnya ia berkata: "Kalau aku hendak menghukum mereka, tidak akan kujatuhkan hukuman yang lebih berat dari perbuatan mereka yang telah menyiksa diri mereka sendiri di dalam gua. Panggillah tukang-tukang batu supaya mereka segera datang ke mari!"

Setelah tukang-tukang batu itu tiba, mereka diperintahkan menutup rapat pintu gua dengan batu-batu dan jish (bahan semacam semen). Selesai dikerjakan, raja berkata kepada para pengikutnya: "Katakanlah kepada mereka yang ada di dalam gua, kalau benar-benar mereka itu tidak berdusta supaya minta tolong kepada Tuhan mereka yang ada di langit, agar mereka dikeluarkan dari tempat itu."

Dalam gua tertutup rapat itu, mereka tinggal selama 309 tahun.

Setelah masa yang amat panjang itu lampau, Allah s.w.t. mengembalikan lagi nyawa mereka. Pada saat matahari sudah mulai memancarkan sinar, mereka merasa seakan-akan baru bangun dari tidurnya masing-masing. Yang seorang berkata kepada yang lainnya: "Malam tadi kami lupa beribadah kepada Allah, mari kita pergi ke mata air!"
 
Setelah mereka berada di luar gua, tiba-tiba mereka lihat mata air itu sudah mengering kembali dan pepohonan yang ada pun sudah menjadi kering semuanya. Allah s.w.t. membuat mereka mulai merasa lapar. Mereka saling bertanya: "Siapakah di antara kita ini yang sanggup dan bersedia berangkat ke kota membawa uang untuk bisa mendapatkan makanan? Tetapi yang akan pergi ke kota nanti supaya hati-hati benar, jangan sampai membeli makanan yang dimasak dengan lemak-babi."

Tamlikha kemudian berkata: "Hai saudara-saudara, aku sajalah yang berangkat untuk mendapatkan makanan. Tetapi, hai penggembala, berikanlah bajumu kepadaku dan ambillah bajuku ini!"

Setelah Tamlikha memakai baju penggembala, ia berangkat menuju ke kota. Sepanjang jalan ia melewati tempat-tempat yang sama sekali belum pernah dikenalnya, melalui jalan-jalan yang belum pernah diketahui. Setibanya dekat pintu gerbang kota, ia melihat bendera hijau berkibar di angkasa bertuliskan: "Tiada Tuhan selain Allah dan Isa adalah Roh Allah."

Tamlikha berhenti sejenak memandang bendera itu sambil mengusap-usap mata, lalu berkata seorang diri: "Kusangka aku ini masih tidur!" Setelah agak lama memandang dan mengamat-amati bendera, ia meneruskan perjalanan memasuki kota. Dilihatnya banyak orang sedang membaca Injil. Ia berpapasan dengan orang-orang yang belum pernah dikenal. Setibanya di sebuah pasar ia bertanya kepada seorang penjaja roti: "Hai tukang roti, apakah nama kota kalian ini?"

"Aphesus," sahut penjual roti itu.

"Siapakah nama raja kalian?" tanya Tamlikha lagi. "Abdurrahman," jawab penjual roti.

"Kalau yang kau katakan itu benar," kata Tamlikha, "urusanku ini sungguh aneh sekali! Ambillah uang ini dan berilah makanan kepadaku!"

Melihat uang itu, penjual roti keheran-heranan. Karena uang yang dibawa Tamlikha itu uang zaman lampau, yang ukurannya lebih besar dan lebih berat.

Pendeta Yahudi yang bertanya itu kemudian berdiri lagi, lalu berkata kepada Ali bin Abi Thalib: "Hai Ali, kalau benar-benar engkau mengetahui, coba terangkan kepadaku berapa nilai uang lama itu dibanding dengan uang baru!"

Imam Ali menerangkan: "Kekasihku Muhammad Rasul Allah s.a.w. menceritakan kepadaku, bahwa uang yang dibawa oleh Tamlikha dibanding dengan uang baru, ialah tiap dirham lama sama dengan sepuluh dan dua pertiga dirham baru!"

Imam Ali kemudian melanjutkan ceritanya: Penjual Roti lalu berkata kepada Tamlikha: "Aduhai, alangkah beruntungnya aku! Rupanya engkau baru menemukan harta karun! Berikan sisa uang itu kepadaku! Kalau tidak, engkau akan ku hadapkan kepada raja!"

"Aku tidak menemukan harta karun," sangkal Tamlikha. "Uang ini ku dapat tiga hari yang lalu dari hasil penjualan buah kurma seharga tiga dirham! Aku kemudian meninggalkan kota karena orang-orang semuanya menyembah Diqyanius!"

Penjual roti itu marah. Lalu berkata: "Apakah setelah engkau menemukan harta karun masih juga tidak rela menyerahkan sisa uangmu itu kepadaku? Lagi pula engkau telah menyebut-nyebut seorang raja durhaka yang mengaku diri sebagai tuhan, padahal raja itu sudah mati lebih dari 300 tahun yang silam! Apakah dengan begitu engkau hendak memperolok-olok aku?"

Tamlikha lalu ditangkap. Kemudian dibawa pergi menghadap raja. Raja yang baru ini seorang yang dapat berfikir dan bersikap adil. Raja bertanya kepada orang-orang yang membawa Tamlikha: "Bagaimana cerita tentang orang ini?"
"Dia menemukan harta karun," jawab orang-orang yang membawanya.

Kepada Tamlikha, raja berkata: "Engkau tak perlu takut! Nabi Isa a.s. memerintahkan supaya kami hanya memungut seperlima saja dari harta karun itu. Serahkanlah yang seperlima itu kepadaku, dan selanjutnya engkau akan selamat."

Tamlikha menjawab: "Baginda, aku sama sekali tidak menemukan harta karun! Aku adalah penduduk kota ini!"
Raja bertanya sambil keheran-heranan: "Engkau penduduk kota ini?"

"Ya. Benar," sahut Tamlikha.

"Adakah orang yang kau kenal?" tanya raja lagi.

"Ya, ada," jawab Tamlikha.

"Coba sebutkan siapa namanya," perintah raja.

Tamlikha menyebut nama-nama kurang lebih 1000 orang, tetapi tak ada satu nama pun yang dikenal oleh raja atau oleh orang lain yang hadir mendengarkan. Mereka berkata: "Ah…, semua itu bukan nama orang-orang yang hidup di zaman kita sekarang. Tetapi, apakah engkau mempunyai rumah di kota ini?"

"Ya, tuanku," jawab Tamlikha. "Utuslah seorang menyertai aku!"

Raja kemudian memerintahkan beberapa orang menyertai Tamlikha pergi. Oleh Tamlikha mereka diajak menuju ke sebuah rumah yang paling tinggi di kota itu. Setibanya di sana, Tamlikha berkata kepada orang yang mengantarkan: "Inilah rumahku!"

Pintu rumah itu lalu diketuk. Keluarlah seorang lelaki yang sudah sangat lanjut usia. Sepasang alis di bawah keningnya sudah sedemikian putih dan mengkerut hampir menutupi mata karena sudah terlampau tua. Ia terperanjat ketakutan, lalu bertanya kepada orang-orang yang datang: "Kalian ada perlu apa?"

Utusan raja yang menyertai Tamlikha menyahut: "Orang muda ini mengaku rumah ini adalah rumahnya!"

Orang tua itu marah, memandang kepada Tamlikha. Sambil mengamat-amati ia bertanya: "Siapa namamu?"
"Aku Tamlikha anak Filistin!"

Orang tua itu lalu berkata: "Coba ulangi lagi!"

Tamlikha menyebut lagi namanya. Tiba-tiba orang tua itu bertekuk lutut di depan kaki Tamlikha sambil berucap: "Ini adalah datukku! Demi Allah, ia salah seorang di antara orang-orang yang melarikan diri dari Diqyanius, raja durhaka."

Kemudian diteruskannya dengan suara haru: "Ia lari berlindung kepada Yang Maha Perkasa, Pencipta langit dan bumi. Nabi kita, Isa as., dahulu telah memberitahukan kisah mereka kepada kita dan mengatakan bahwa mereka itu akan hidup kembali!"

Peristiwa yang terjadi di rumah orang tua itu kemudian di laporkan kepada raja. Dengan menunggang kuda, raja segera datang menuju ke tempat Tamlikha yang sedang berada di rumah orang tua tadi. Setelah melihat Tamlikha, raja segera turun dari kuda. Oleh raja Tamlikha diangkat ke atas pundak, sedangkan orang banyak beramai-ramai menciumi tangan dan kaki Tamlikha sambil bertanya-tanya: "Hai Tamlikha, bagaimana keadaan teman-temanmu?"
Kepada mereka Tamlikha memberi tahu, bahwa semua temannya masih berada di dalam gua.

"Pada masa itu kota Aphesus diurus oleh dua orang bangsawan istana. Seorang beragama Islam dan seorang lainnya lagi beragama Nasrani. Dua orang bangsawan itu bersama pengikutnya masing-masing pergi membawa Tamlikha menuju ke gua," demikian Imam Ali melanjutkan ceritanya.

Teman-teman Tamlikha semuanya masih berada di dalam gua itu. Setibanya dekat gua, Tamlikha berkata kepada dua orang bangsawan dan para pengikut mereka: "Aku khawatir kalau sampai teman-temanku mendengar suara tapak kuda, atau gemerincingnya senjata. Mereka pasti menduga Diqyanius datang dan mereka bakal mati semua. Oleh karena itu kalian berhenti saja di sini. Biarlah aku sendiri yang akan menemui dan memberitahu mereka!"

Semua berhenti menunggu dan Tamlikha masuk seorang diri ke dalam gua. Melihat Tamlikha datang, teman-temannya berdiri kegirangan, dan Tamlikha dipeluknya kuat-kuat. Kepada Tamlikha mereka berkata: "Puji dan syukur bagi Allah yang telah menyelamatkan dirimu dari Diqyanius!"

Tamlikha menukas: "Ada urusan apa dengan Diqyanius? Tahukah kalian, sudah berapa lamakah kalian tinggal di sini?"
"Kami tinggal sehari atau beberapa hari saja," jawab mereka.

"Tidak!" sangkal Tamlikha. "Kalian sudah tinggal di sini selama 309 tahun! Diqyanius sudah lama meninggal dunia! Generasi demi generasi sudah lewat silih berganti, dan penduduk kota itu sudah beriman kepada Allah yang Maha Agung! Mereka sekarang datang untuk bertemu dengan kalian!"

Teman-teman Tamlikha menyahut: "Hai Tamlikha, apakah engkau hendak menjadikan kami ini orang-orang yang menggemparkan seluruh jagad?"

"Lantas apa yang kalian inginkan?" Tamlikha balik bertanya.

"Angkatlah tanganmu ke atas dan kami pun akan berbuat seperti itu juga," jawab mereka.

Mereka bertujuh semua mengangkat tangan ke atas, kemudian berdoa: "Ya Allah, dengan kebenaran yang telah Kau perlihatkan kepada kami tentang keanehan-keanehan yang kami alami sekarang ini, cabutlah kembali nyawa kami tanpa sepengetahuan orang lain!"

Allah s.w.t. mengabulkan permohonan mereka. Lalu memerintahkan Malaikat maut mencabut kembali nyawa mereka. Kemudian Allah s.w.t. melenyapkan pintu gua tanpa bekas. Dua orang bangsawan yang menunggu-nunggu segera maju mendekati gua, berputar-putar selama tujuh hari untuk mencari-cari pintunya, tetapi tanpa hasil. Tak dapat ditemukan lubang atau jalan masuk lainnya ke dalam gua.

Pada saat itu dua orang bangsawan tadi menjadi yakin tentang betapa hebatnya kekuasaan Allah s.w.t. Dua orang bangsawan itu memandang semua peristiwa yang dialami oleh para penghuni gua, sebagai peringatan yang diperlihatkan Allah kepada mereka.

Bangsawan yang beragama Islam lalu berkata: "Mereka mati dalam keadaan memeluk agamaku! Akan ku dirikan sebuah tempat ibadah di pintu gua itu."

Sedang bangsawan yang beragama Nasrani berkata pula: "Mereka mati dalam keadaan memeluk agamaku! Akan ku dirikan sebuah biara di pintu gua itu."

Dua orang bangsawan itu bertengkar, dan setelah melalui pertikaian senjata, akhirnya bangsawan Nasrani terkalahkan oleh bangsawan yang beragama Islam. Dengan terjadinya peristiwa tersebut, maka Allah berfirman:


Dan begitulah Kami menyerempakkan mereka, supaya mereka mengetahui bahawa janji Allah adalah benar, dan bahawa Saat itu tidak ada keraguan padanya. Apabila mereka berbalahan antara mereka dalam urusan mereka, maka mereka berkata, "Binalah di atas mereka satu bangunan; Pemelihara mereka sangat mengetahui mengenai mereka." Berkata orang-orang yang menguasai atas urusan mereka, "Kami akan membina di atas mereka sebuah masjid."

Sampai di situ Imam Ali bin Abi Thalib berhenti menceritakan kisah para penghuni gua. Kemudian berkata kepada pendeta Yahudi yang menanyakan kisah itu: "Itulah, hai Yahudi, apa yang telah terjadi dalam kisah mereka. Demi Allah, sekarang aku hendak bertanya kepadamu, apakah semua yang ku ceritakan itu sesuai dengan apa yang tercantum dalam Taurat kalian?"

Pendeta Yahudi itu menjawab: "Ya Abal Hasan, engkau tidak menambah dan tidak mengurangi, walau satu huruf pun! Sekarang engkau jangan menyebut diriku sebagai orang Yahudi, sebab aku telah bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba Allah serta Rasul-Nya. Aku pun bersaksi juga, bahwa engkau orang yang paling berilmu di kalangan ummat ini!"

Demikianlah hikayat tentang para penghuni gua (Ashhabul Kahfi), kutipan dari kitab Qishasul Anbiya


TABARRUK DENGAN NAMA PEMUDA ASHABUL KAHFI

Diriwayatkan didalam kitab Marohil Labid li Kasyfi Ma'na Qur'anil Majid Karya Syekh Nawawi bin Umar al Bantani al Jawi, dijelaskan bahwa diriwayatkan dari Ibnu Abbas rodhiyallohu 'anhu beliau berkata "Mereka (Ashabul kahfi) ada 7 orang, yaitu:
مكسلمينا =maksal mina
تمليخا = tamlihko
مرطونس= martu nis
نينونس= nainu nis
ساربونس = sarbu nis
ذو نواس= dzu nuwas
فليستطيونس= falyastath yunis, 

dan nama anjingnya adalah:
قطمير = qithmir.

Dan diantara faedah bertabarruk dengan nama ashabul kahfi adalah diantaranya:

  1. Untuk keperluan dengan seseorang
  2. Melarikan diri agar aman.
  3. Untuk memadamkan api, di tulis pada secarik kain putih, dan di lemparkan pada sumber titik api. Dengan izin alloh, api akan padam.
  4. Cara di atas juga bisa dilakukan untuk anak kecil yang sering rewel atau kena 'ain, yakni dikalungkan. 
  5. Begitu juga cara diatas bisa bermanfaat bagi orang yg sakit panas demam. Demam yg kambuhnya hanya setiap 1/3 hari saja atau sakit kepala. Yaitu di ikatkan pada lengan tangan kanan.
  6. Bermanfaat juga untuk keselamatan berkendara
  7. Bermanfaat untuk menjaga harta benda dari pencurian dan perampokan
  8. Di selamatkan dari gangguan orang yang hendak berbuat jahat.
  9. Bermanfaat untuk kecerdasan anak. Yaitu di tulis di piring putih dengan tinta ja'faron dan dilebur dengan air lalu diminumkan kepada si anak.

Cara penulisan Asma Ashabul Kahfi menurut para ahli hikmah, di tulis dengan huruf arab dengan memutar/melingkar, sebagaimana berputarnya/melingkarnya melawan arah jarum jam. Dan di tengahnya di tambahi nama anjing ashabul kahfi yaitu Qithmir.


Demikian uraian kami yang kami olah dari berbagai sumber, tentang kisah ashabul kahfi, dan diantara faedah bertabarruk dengan nama pemuda ashabul kahfi, semoga bermanfaat bagi kita semua, dan dapat mengambil pelajaran dan hikmah dari kisah diatas.

Wallahu a'lam bi murodhih
Wabillahittaufiq

IJAZAH MAHABBAH BULAN PURNAMA 1

Bismillahirrahmanirrahim Potongan Q.S. Thoha ayat 39    وَأَلْقَيْتُ عَلَيْكَ مَحَبَّةً مِّنِّي وَلِتُصْنَعَ عَلَى عَيْنِي WA ALQOITU ...