Insya Allah pada kesempatan kali ini akan kita bahas hukum MEMINTA BANTUAN JIN dari sudut pandang syariat agama Islam.
MEMINTA BANTUAN JIN MENURUT PARA ULAMA
Al Habib
Alwi bin Abduurrahman Assegaff, Al Habib Zainal Abidin Baalwi, Syekh
Ibnu Taimiyyah, dll MEMBOLEHKAN meminta bantuan jin dengan beberapa
syarat :
1. Pelakunya mutasyarri’ (orang yang menjalankan/mematuhi disiplin syariat)
2. Memakai Azaim (bacaan mantra) yang tidak bertentangan dengan syariát
3. Khodamnya adalah ARWAH KHIYAROH (JIN YANG BAIK/MUSLIM ) dan tidak menimbulkan dloror syar’i
4. Minta tolong pada perkara-perkara mubah, bukan perkara-perkara yang di haramkan
5. Meyakini bahwa jin-jin hanyalah sebagai sebab/wasilah (perantara) saja
Referensi :
-
Hamisy Fath Alwahaab II/151: Zainuddin Abu Yahya Zakariyya bin Muhammad
bin Ahmad bin Zakariyya Al-Anshari Al-Khazraji As-Sunaiki Al-Qahiri
Al-Azhari Asy-Syafi’ dan juga Sayyyid Alwi bin Abdurrahman Assegaff
dalam al Fawaid al Makiyyah hal. 17 (dengan redaksi yang hampir sama) :
(
ﻣﺴﺄﻟﺔ : ﻓﻰ ﺃﻗﺴﺎﻡ ﺍﻟﺴﺤﺮ ﻭﺣﻜﻤﻪ ) ﺍﻟﻰ ﺃﻥ ﻗﺎﻝ ﻭﻣﻨﻬﺎ ﺍﻻﺳﺘﻌﺎﻧﺔ ﺑﺎﻷﺭﻭﺍﺡ
ﺍﻷﺭﺿﻴﺔ ﺑﻮﺍﺳﻄﺔ ﺍﻟﺮﻳﺎﺿﺔ ﻭﻗﺮﺍﺀﺓ ﺍﻟﻌﺰﺍﺋﻢ ﺇﻟﻰ ﺣﻴﺚ ﻳﺨﻠﻖ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻋﻘﺐ ﺫﻟﻚ ﻋﻠﻰ
ﺳﺒﻴﻞ ﺟﺮﻯ ﺍﻟﻌﺎﺩﺓ ﺑﻌﺾ ﺧﻮﺍﺭﻕ ﻭﻫﺬﺍ ﺍﻟﻨﻮﻉ ﻗﺎﻟﺖ ﺍﻟﻤﻌﺘﺰﻟﺔ ﺇﻧﻪ ﻛﻔﺮ ﻷﻧﻪ ﻻ ﻳﻤﻜﻦ
ﻣﻌﻪ ﻣﻌﺮﻓﺔ ﺻﺪﻕ ﺍﻟﺮﺳﻞ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﺍﻟﺴﻼﻡ ﻟﻼﻟﺘﺒﺎﺱ , ﻭﺭﺩ ﺑﺄﻥ ﺍﻟﻌﺎﺩﺓ ﺍﻹﻟﻬﻴﺔ
ﺟﺮﺕ ﺑﺼﺮﻑ ﺍﻟﻤﻌﺎﺭﺿﻴﻦ ﻟﻠﺮﺳﻞ ﻋﻦ ﺇﻇﻬﺎﺭ ﺧﺎﺭﻕ ﺛﻢ ﺍﻟﺘﺤﻘﻴﻖ ﺃﻥ ﻳﻘﺎﻝ ﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻣﻦ
ﻳﺘﻌﺎﻃﻰ ﺫﻟﻚ ﺧﻴﺮﺍ ﻣﺘﺸﺮﻋﺎ ﻓﻰ ﻛﺎﻣﻞ ﻣﺎ ﻳﺄﺗﻰ ﻭﻳﺪﺭ ﻭﻛﺎﻥ ﻣﻦ ﻳﺴﺘﻌﻴﻦ ﺑﻪ ﻣﻦ ﺍﻷﺭﻭﺍﺡ
ﺍﻟﺨﻴﺮﺓ ﻭﻛﺎﻧﺖ ﻋﺰﺍﺋﻤﻪ ﻻ ﺗﺨﺎﻟﻒ ﺍﻟﺸﺮﻉ ﻭﻟﻴﺲ ﻓﻴﻤﺎ ﻳﻈﻬﺮ ﻋﻠﻰ ﻳﺪﻩ ﻣﻦ ﺍﻟﺨﻮﺍﺭﻕ ﺿﺮﺭ
ﺷﺮﻋﻰ ﻋﻠﻰ ﺃﺣﺪ ﻓﻠﻴﺲ ﺫﻟﻚ ﻣﻦ ﺍﻟﺴﺤﺮ ﺑﻞ ﻣﻦ ﺍﻷﺳﺮﺍﺭ ﻭﺍﻟﻤﻌﻮﻧﺔ ﻭﺇﻻ ﻓﻬﻮ ﺣﺮﺍﻡ ﺇﻥ
ﺗﻌﻠﻤﻪ ﻟﻴﻌﻤﻞ ﺑﻪ ﺑﻞ ﻳﻜﻔﺮ ﺇﻥ ﺍﻋﺘﻘﺪ ﺣﻞ ﺫﻟﻚ ﻓﺈﻥ ﺗﻌﻠﻤﻪ ﻟﻴﺘﻮﻗﺎﻩ ﻓﻤﺒﺎﺡ ﻭﺇﻻ
ﻓﻤﻜﺮﻭﻩ . ﺇﻫـ ﻫﺎﻣﺶ ﻓﺘﺢ ﺍﻟﻮﻫﺎﺏ ﺍﻟﺠﺰﺀ ﺍﻟﺜﺎﻧﻰ ﺹ : 151 ﺩﺍﺭ ﺇﺣﻴﺎﺀ ﺍﻟﻜﺘﺐ
ﺍﻟﻌﺮﺑﻴﺔ
MAS'ALAH : Dalam pembahasan bentuk-bentuk sihir dan hukumnya......dst
Diantara
macam sihir adalah meminta pertolongan dengan arwah arodhiyah dengan
cara laku riyadhoh dan membaca azimat-azimat yang setelahnya akan
menimbulkan hal-hal aneh diluar kebiasaan pada umumnya, menurut kaum
Mu'tazilah ini termasuk perbuatan kufur karena dapat menyerupai dan
melemahkan kebenaran para utusan Allah akan mukjizatnya, sedang menurut
pendapat ulama yang TAHQIIQ (kuat dalam pernyataannya) hukumnya di
perinci :
- Boleh : Apabila pelakunya disiplin
syari’at (mutasyarri’), kemudian yang dibaca (mantera) tidak
bertentangan dengan syariát dan tidak menimbulkan dloror syar’i
(termasuk menghilangkan kesadaran, akan tetapi tidak ada manfaat yang
sebanding). Bila yang terjadi semacam ini, maka hal tersebut bukanlah
sihir tetapi kelebihan dan ma'unah
- Tidak boleh
(haram) : Apabila pelakunya tidak disiplin syariát (fasiq) atau yang
dibaca dilarang menurut syara’ atau menimbulkan dloror syar’i (termasuk
hilangnya kesadaran dan tidak ada manfaat sebanding).
- Al Ajwibatul Gholiyah fii aqidati firqotin naajiyyah karya Habib Zainal Abidin Ba'lawi:
ﺱ : ﻓﻬﻞ ﻳﺠﻮﺯ ﻃﻠﺐ ﺍﻹﻏﺎﺛﺔ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺍﻟﻠﻪ ؟
ﺝ
: ﻧﻌﻢ، ﻳﺠﻮﺯ ﻃﻠﺒﻬﺎ ﻣﻦ ﻏﻴﺮﻩ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺑﺎﻋﺘﺒﺎﺭ ﺃﻥَّ ﺍﻟﻤﺨﻠﻮﻕ - ﺍﻟﻤﺴﺘﻐﺎﺙ ﺑﻪ -
ﺳﺒﺐ ﻭ ﻭﺍﺳﻄﺔ، ﻓﺈﻥ ﺍﻹﻏﺎﺛﺔ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻧﺖ ﻣﻦ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺤﻘﻴﻘﺔ ﻓﻼ ﻳﻨﺎﻓﻲ ﺃﻥ
ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺟﻌﻞ ﻟﺬﻟﻚ ﺃﺳﺒﺎﺑﺎً ﻭ ﻭﺳﺎﺋﻂ ﺃﻋﺪَّﻫﺎ ﻟﻪ، ﻭﺍﻟﺪﻟﻴﻞ ﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚ ﻗﻮﻟﻪ ﺻﻠﻰ
ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : )) ﻭﺍﻟﻠﻪ ﻓﻲ ﻋﻮﻥ ﺍﻟﻌﺒﺪ ﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻌﺒﺪ ﻓﻲ ﻋﻮﻥ ﺃﺧﻴﻪ (( ﺭﻭﺍﻩ
ﻣﺴﻠﻢ . ﻭﻗﻮﻟﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻲ ﺣﻘﻮﻕ ﺍﻟﻄﺮﻳﻖ : )) ﻭﺃﻥ ﺗﻐﻴﺜﻮﺍ ﺍﻟﻤﻠﻬﻮﻑ
ﻭﺗﻬﺪﻭﺍ ﺍﻟﻀﺎﻝ (( ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ . ﻓﻨﺴﺐ ﺍﻹﻏﺎﺛﺔ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻌﺒﺪ ﻭﺃﺿﺎﻓﻬﺎ ﺇﻟﻴﻪ ﻭﻧﺪﺏ
ﺍﻟﻌﺒﺎﺩ ﺃﻥ ﻳﻌﻴﻦ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﺑﻌﻀﺎ ، ﻓﺎﻟﻤﺴﺘﻌﻴﻦ ﺑﻐﻴﺮ ﻟﻠﻪ ﻻ ﻳﻄﻠﺐ ﻣﻨﻪ ﺃﻥ ﻳﺨﻠﻖ ﺷﻴﺌﺎً
ﻭﺇﻧﻤﺎ ﻗﺼﺪﻩ ﻣﻨﻪ ﺃﻥ ﻳﺪﻋﻮ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻪ ﻓﻲ ﺗﺨﻠﻴﺼﻪ ﻣﻦ ﺷﺪﺓ ﻣﺜﻼً .
( 1/65 )
... ﺱ : ﻣﺎ ﺍﻟﺪﻟﻴﻞ ﻋﻠﻰ ﻣﺸﺮﻭﻋﻴﺔ ﺍﻻﺳﺘﻐﺎﺛﺔ ؟
ﺝ
: ﻟﺬﻟﻚ ﺃﺩﻟﺔ ﻛﺜﻴﺮﺓ، ﻣﻨﻬﺎ ﻣﺎ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻓﻲ ﺻﺤﻴﺤﻪ ﺃﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ
ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ : )) ﺇﻥَّ ﺍﻟﺸﻤﺲ ﺗﺪﻧﻮ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ ﺣﺘﻰ ﻳﺒﻠﻎ ﺍﻟﻌﺮﻕ ﻧﺼﻒ ﺍﻹﺫﻥ،
ﻓﺒﻴﻨﻤﺎ ﻫﻢ ﻛﺬﻟﻚ ﺍﺳﺘﻐﺎﺛﻮﺍ ﺑﺂﺩﻡ ﺛﻢ ﺑﻤﻮﺳﻰ ﺛﻢ ﺑﻤﺤﻤﺪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ... ((
ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ، ﻓﻘﺪ ﺃﺟﻤﻊ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻤﻮﻗﻒ ﻛﻠﻬﻢ ﻋﻠﻰ ﺟﻮﺍﺯ ﺍﻻﺳﺘﻐﺎﺛﺔ ﺑﺎﻷﻧﺒﻴﺎﺀ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺍﻟﺴﻼﻡ
ﻭﺫﻟﻚ ﺑﺈﻟﻬﺎﻡ ﻣﻦ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻟﻬﻢ ﻭﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﺃﺩﻝّ ﺩﻟﻴﻞ ﻋﻠﻰ ﻣﺸﺮﻭﻋﻴﺔ ﺍﻻﺳﺘﻐﺎﺛﺔ
ﺑﻐﻴﺮ ﺍﻟﻠﻪ . ﻭﻣﻨﻬﺎ ﻣﺎ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﻄﺒﺮﺍﻧﻲ ﺃﻧﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ : )) ﺇﺫﺍ
ﺿﻞ ﺃﺣﺪﻛﻢ - ﺃﻱ ﻋﻦ ﺍﻟﻄﺮﻳﻖ - ﺃﻭ ﺃﺭﺍﺩ ﻋﻮﻧﺎً ﻭﻫﻮ ﺑﺄﺭﺽ ﻟﻴﺲ ﻓﻴﻬﺎ ﺃﻧﻴﺲ، ﻓﻠﻴﻘﻞ :
ﻳﺎﻋﺒﺎﺩ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﻏﻴﺜﻮﻧﻲ (( ﻭﻓﻲ ﺭﻭﺍﻳﺔ : )) ﺃﻋﻴﻨﻮﻧﻲ ﻓﺈﻥ ﻟﻠﻪ ﻋﺒﺎﺩﺍً ﻻ ﺗﺮﻭﻧﻬﻢ ((
. ﻓﻬﺬﺍ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﺻﺮﻳﺢ ﻓﻲ ﺟﻮﺍﺯ ﺍﻻﺳﺘﻐﺎﺛﺔ ﻭﺍﻟﻨﺪﺍﺀ ﺑﺎﻟﻐﺎﺋﺒﻴﻦ ﻣﻦ ﺍﻷﺣﻴﺎﺀ
ﻭﺍﻷﻣﻮﺍﺕ، ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺃﻋﻠﻢ .
Soal: Bolehkah meminta tolong kepada selain Allah ?
Jawaban:
Ya boleh meminta pertolongan kepada selain daripada Allah dengan
keyakinan bahwa makhluk yang dimintai pertolongan adalah sebagai sebab
dan perantara, maka sesungguh pertolongan itu dari Allah secara haqiqi
dan tidak bisa dinafikan bahwa pertolongan Allah itu memiliki sebab
sebab dan perantara.
Perantara yang Allah sediakan
untuk manusia dan dalil itu ialah sabda rasulullah: "Allah akan menolong
hambanya selagi hambanya menolong saudaranya". (HR Muslim)
Dan
sabda rosulullah mengenai hak hak jalan : "Hendaklah kamu menolong
orang yang Mengeluh dan memberi petunjuk kepada orang yang tersesat
dijalan".(HR Abu dawud ).
Maka dinisbahkan
pertolongan itu kepada hamba dan disandarkan kepadanya dan disunnahkan
bagi seorang hambah menolong hambah yang lainnya. Maka yang dimintai
pertolongan kepada selain Allah tidak harus dituntut dapat menciptakan
sesuatu dan sesungguhnya ia itu bermaksud berdoa memohon kepada Allah
untuk melepaskan kesulitan itu sebagai misal.
Soal : Apa dalil syariat tentang itu ?
Jawaban:
Dalil tentang itu banyak, diantaranya hadis yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhori dalam shohihnya rasul bersabda: "Sesungguhnya didekat matahari
pada hari kiamat nanti sehingga keringat bercucuran sampai ketelinga
manusia meminta tolong kepada nabi Adam kemudian nabi Musa lalu kepada
nabi Muhammad shollahu alaihi wasallam". (Al Hadis).
Telah
sepakat Ahlu tauqif semuanya bolehnya meminta tolong kepada Para nabi
itu dengan ilham dari Allah berkaitan dengan itu pula terdapat dalil
syara' bolehnya meminta pertolongan selain dari Allah diantaranya hadits
riwayat Thabrani Nabi bersabda: "Apabila diantara kamu tersesat disuatu
jalan dan mengharapkan pertolongan yang mana ditempat itu tidak ada
seorang pun manusia maka katakanlah: "Wahai hamba Allah Aghitsuni
(tolonglah aku) dalam suatu riwayat (a'inuni ) maka sesunggunya Allah
memiliki hamba hamba yang mana engkau tidak melihat mereka. Hadits ini
maknanya terang dalam hal kebolehan memohon pertolongan dan menyeru yang
ghaib bagi yang hidup maupun yang sudah mati.
Wallahu a'lam
-
Ibnu Taimiyah al-Hanbali w. 728 H, Majmu’ al-Fatawa, h. 11/ 307,
al-Furqan Baina Auliya ar-Rahman wa Auliya as-Syaitan, h. 196 :
ﻭﻣﻦ ﻛﺎﻥ ﻳﺴﺘﻌﻤﻞ ﺍﻟﺠﻦ ﻓﻲ ﺃﻣﻮﺭ ﻣﺒﺎﺣﺔ ﻟﻪ ﻓﻬﻮ ﻛﻤﻦ ﺍﺳﺘﻌﻤﻞ ﺍﻹﻧﺲ ﻓﻲ ﺃﻣﻮﺭ ﻣﺒﺎﺣﺔ
Jika ada seorang yang menyuruh jin dalam hal yang mubah, maka hal itu sebagaimana menyuruh manusia dalam hal yang mubah.
Dalam kesempatan lain Ibnu Taimiyah (w. 728 H) menuliskan:
ﻭﻣﻨﻬﻢ
ﻣﻦ ﻳﺴﺘﺨﺪﻣﻬﻢ ﻓﻲ ﺃﻣﻮﺭ ﻣﺒﺎﺣﺔ ﺇﻣﺎ ﺇﺣﻀﺎﺭ ﻣﺎﻟﻪ ﺃﻭ ﺩﻻﻟﺔ ﻋﻠﻰ ﻣﻜﺎﻥ ﻓﻴﻪ ﻣﺎﻝ ﻟﻴﺲ
ﻟﻪ ﻣﺎﻟﻚ ﻣﻌﺼﻮﻡ ﺃﻭ ﺩﻓﻊ ﻣﻦ ﻳﺆﺫﻳﻪ ﻭﻧﺤﻮ ﺫﻟﻚ ﻓﻬﺬﺍ ﻛﺎﺳﺘﻌﺎﻧﺔ ﺍﻹﻧﺲ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﺑﺒﻌﺾ ﻓﻲ
ﺫﻟﻚ
Diantara manusia ada yang memanfaatkan jin
dalam perkara yang mubah, seperti menghadirkan harta seorang tersebut,
atau menunjukkan dimana letak suatu harta yang tak bertuan, atau
mencegah apa yang menyakitinya, dan lain sebagainya maka hal itu tak
ubahnya seperti meminta tolong kepada sesama manusia.
(Ibnu Taimiyah al-Hanbali w. 728 H, Majmu’ al-Fatawa, h. 13/ 87)
Di halaman lain beliau berkata :
ﻭﻣﻦ
ﻛﺎﻥ ﻳﺴﺘﻌﻤﻞ ﺍﻟﺠﻦ ﻓﻴﻤﺎ ﻳﻨﻬﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ ﺇﻣﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﺸﺮﻙ ﻭﺇﻣﺎ ﻓﻲ ﻗﺘﻞ
ﻣﻌﺼﻮﻡ ﺍﻟﺪﻡ ﺃﻭ ﻓﻲ ﺍﻟﻌﺪﻭﺍﻥ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺑﻐﻴﺮ ﺍﻟﻘﺘﻞ ﻛﺘﻤﺮﻳﻀﻪ ﻭﺇﻧﺴﺎﺋﻪ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻭﻏﻴﺮ ﺫﻟﻚ
ﻣﻦ ﺍﻟﻈﻠﻢ ﻭﺇﻣﺎ ﻓﻲ ﻓﺎﺣﺸﺔ ﻛﺠﻠﺐ ﻣﻦ ﻳﻄﻠﺐ ﻣﻨﻪ ﺍﻟﻔﺎﺣﺸﺔ ﻓﻬﺬﺍ ﻗﺪ ﺍﺳﺘﻌﺎﻥ ﺑﻬﻢ ﻋﻠﻰ
ﺍﻹﺛﻢ ﻭﺍﻟﻌﺪﻭﺍﻥ ﺛﻢ ﺇﻥ ﺍﺳﺘﻌﺎﻥ ﺑﻬﻢ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻜﻔﺮ ﻓﻬﻮ ﻛﺎﻓﺮ ﻭﺇﻥ ﺍﺳﺘﻌﺎﻥ ﺑﻬﻢ ﻋﻠﻰ
ﺍﻟﻤﻌﺎﺻﻲ ﻓﻬﻮ ﻋﺎﺹ
Siapa yang memanfaatkan jin dalam
perkara yang dicegah Allah dan Rasul-nya, maka adakalanya hal itu dalam
hal kesyirikan, membunuh orang yang tak halal darahnya, menyakiti orang
lain, membuat orang lain lupa akan suatu ilmu atau menarik orang lain
untuk berbuat tidak senonoh, maka hal ini termasuk tolong menolong dalam
perkara munkar. Jika tolong-menolong dalam perkara kafir maka jadi
kafir, jika dalam kemaksiatan maka termasuk orang yang bermaksiat
(Ibnu
Taimiyah al-Hanbali w. 728 H, Majmu’ al-Fatawa, h. 11/ 308, al-Furqan
Baina Auliya ar-Rahman wa Auliya as-Syaitan, h. 197).
KISAH SAHABAT UMAR BIN KHATTHAB RA DAN JIN
Suatu
ketika Umar bin Khattab (w. 23 H) tak kelihatan, maka Abu Musa
al-Asy’ari (w. 42 H) bertanya kepada seorang wanita yang memiliki jin
tentang keberadaan Umar bin Khattab.
ﻭﻗﺪ ﺭﻭﻱ ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻣﻮﺳﻰ ﺍﻷﺷﻌﺮﻱ ﺃﻧﻪ ﺃﺑﻄﺄ ﻋﻠﻴﻪ ﺧﺒﺮ ﻋﻤﺮ ﻭﻛﺎﻥ ﻫﻨﺎﻙ ﺍﻣﺮﺃﺓ ﻟﻬﺎ ﻗﺮﻳﻦ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﻦ ﻓﺴﺄﻟﻪ ﻋﻨﻪ ﻓﺄﺧﺒﺮﻩ ﺃﻧﻪ ﺗﺮﻙ ﻋﻤﺮ ﻳﺴﻢ ﺇﺑﻞ ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ .
Diriwayatkan
dari Abu Musa al-Asy’ari bahwa beliau tak mendengar kabar Umar bin
Khattab. Waktu itu ada wanita yang memiliki qarin dari jin. Lantas Abu
Musa bertanya, “di manakah Umar sekarang ini berada?”. Jin itu
mengabarkan bahwa Umar sedang menandai Unta hasil shadaqah (Yahya bin
Syaraf an-Nawawi w. 676 H, al-Majmu’, h. 1/ 99)
Cerita lain tentang Umar bin Khattab (w. 23 H) dan jin adalah:
ﻭﻓﻲ
ﺧﺒﺮ ﺁﺧﺮ ﺃﻥ ﻋﻤﺮ ﺃﺭﺳﻞ ﺟﻴﺸﺎ ﻓﻘﺪﻡ ﺷﺨﺺ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻤﺪﻳﻨﺔ ﻓﺄﺧﺒﺮ ﺃﻧﻬﻢ ﺍﻧﺘﺼﺮﻭﺍ ﻋﻠﻰ
ﻋﺪﻭﻫﻢ ﻭﺷﺎﻉ ﺍﻟﺨﺒﺮ ﻓﺴﺄﻝ ﻋﻤﺮ ﻋﻦ ﺫﻟﻚ ﻓﺬﻛﺮ ﻟﻪ ﻓﻘﺎﻝ : ﻫﺬﺍ ﺃﺑﻮ ﺍﻟﻬﻴﺜﻢ ﺑﺮﻳﺪ
ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﻦ ﻭﺳﻴﺄﺗﻲ ﺑﺮﻳﺪ ﺍﻹﻧﺲ ﺑﻌﺪ ﺫﻟﻚ ﻓﺠﺎﺀ ﺑﻌﺪ ﺫﻟﻚ ﺑﻌﺪﺓ ﺃﻳﺎﻡ
Ketika
itu, Amirul Mukminin Umar bin Khathab pernah mengutus sebuah pasukan
untuk berperang. Tiba-tiba ada seorang yang datang menemuinya di
Madinah. Dia berkata, “Musuh telah dikalahkan oleh kaum muslimin!" Dalam
sekejap, berita kemenangan ini tersebar ke seluruh penjuru kota
Madinah.
Umar pun menanyakan kepadanya dari mana
sumber berita ini. Ia berkata, “Inilah Abul Haitsam, kurir kaum muslimin
dari kalangan Jin dan (sebentar lagi) akan datang kurir manusia setelah
ini (memberitahukan kemenangan ini). Dan sebentar lagi kurir dari
manusia akan datang membawa kabar yang sama. Ternyata beberapa hari
kemudian datanglah seseorang yang mengatakan bahwa kaum muslimin telah
mendapatkan kemenangan. (Yahya bin Syaraf an-Nawawi w. 676 H, al-Majmu’,
h. 1/ 99)
WALLAHU A'LAM BI MUROODHIH..Semoga bermanfaat bagi kita semua...